Main Ke Suroboyo Carnival Night Market
Setelah
sholat maghrib, kami bertiga motoran ke lokasi. Waktu kami sampai di
lokasi, bianglala adalah hal yg paling mencolok, karena dia yang paling
tinggi dari yg lain.
Harga Tiket Masuk
Sebelum masuk ke dalam, kita beli tiket dulu yang
harganya 35rb. Cukup WoW buat saya. Tapi daripada balik lagi, mending
jalan terus aja. Tiket yang kita beli hanya merupakan tiket masuk ke
lokasi pasar malam atau Suroboyo Carnival ini. Klo mau nyobain permainan
yang lain harus bayar lagi. Ada beberapa lokasi yang gratisan, tp cuman
sedikit misalnya Galeri Suroboyo.
Galeri Suroboyo
Galeri ini adalah
tempat pertama yang akan ditemui dari pintu gerbang. Isinya adalah
sejarah kota Surabaya, nama+foto walikota dari jaman gatau kapan sampe
Ibuk Risma yg sekarang. Lalu ada ruangan yg isinya lukisan pahlawan
Surabaya dan monitor yg muterin film sejarah. Di atas jendela kaca, ada
tempelan kertas yg isinya adalah ungkapan2 khas Surabaya, yg sebagian
besar adalah Bahasa yg cukup kasar. Kayak “aing-sia”nya Sunda, hehe.
Di ruangan sebelahnya lagi, ada penjelasan motif batik Surabaya yg ditampilkan dg cara yg unik yaitu kita harus baca deskripsinya dengan cermin karena tulisannya kebalik.
Di ruangan sebelahnya lagi, ada penjelasan motif batik Surabaya yg ditampilkan dg cara yg unik yaitu kita harus baca deskripsinya dengan cermin karena tulisannya kebalik.
Sebelum naik ke lantai 2 kita disuguhi dengan ratusan foto yang ditempel di atas langit2 dengan ukuran kecil, sehingga utk melihat lebih jelas pengunjung harus memakai teropong yg telah disediakan di sana.
Di lantai 2, kita akan diberi suguhan berupa prototype makanan khas Surabaya (apa jawa timur yak?). Sampai di sini, saya suka sekali dengan galerinya.
Wahana Permainan Ekstrim Di Suroboyo Carnival Night Market
Kemudian kami melanjutkan mainnya karena udah kelamaan di Galeri. Dari sekian banyak permainan, kami milih Bianglala (10 rb), Roller Coaster mini (15 rb), sama ontang-anting (15 rb). Ini adalah flashback kedodolan kami ber-3 di 3 permainan itu.
Bianglala
Setelah antri 3 putaran, kami bertiga masuk ke keranjang bianglala. Ketika keranjang mulai bergerak naik, kami saling memandang dan teriak2 “Huwaaa… huwaaa… gerak2 mulu keranjangnya..”. “astaghfirullah… huwaa…” semua tangan berpegangan pada besi bulat di tengah2 keranjang, dan seketika telapak tangan berkeringat dingin. Dan keranjang pun semakin naik ke puncak tertinggi.
Ketika kami tepat di ujung bianglala, pas bgt yg keranjang paling bawah itu lagi nurun-naikin penumpang. Kita semakin histeris di atas sana karena goyangannya semakin keras. Kalau diinget-inget, kami waktu itu nampak begok sekali...
Sebenernya bukan itu namanya, tapi Saya lupa apa julukannya di sana, hehe. Jadi roller coaster ala Suroboyo Carnival ini ga kayak roller coasternya Dufan atau Trans Studio, tapi hanya berupa kereta mini berkuota 4 orang dan jalannya sendiri2. Jadilah kami ber4 sama mbak2 pengunjung carnival yg datang sendirian.
Suer, ini permainannya parah karena bikin kita teriak2 lebih heboh dari sebelumnya. Sampe mbak erlis yang duduk bareng sama sayah teriak histeris “Cuss… cuss…. Huwaaaa (sereemm...)…..” gitu aja diulang2 terutama waktu si keretanya di U-turn atau di turunan dan tanjakan curam. Emang dasarnya kita ga pernah mainan kyk gini sih. Haha.
Ontang Anting atau di sini namanya Orbiter.
Wahana ini adalah jurus pamungkas di malam itu. Kami diskusinya lumayan lama buat memutuskan naik atau nggaknya wahana ini. Kami harus muter2 dulu, baru balik lagi ke situ sambil memunguti keberanian yang tercecer di lantai. Dan akhirnya kami sampai pada keputusan: naik! Dan waktu wahananya aktif, saya teriak sampai ga bisa teriak dan batuk2. Thrilling tapi seru!
Mbak erlis yg paling penakut di antara kami bilang “wetengku kopyaaakkk…..” ketika keluar dari area ontang-anting. artinya kurang lebih “perutku kegoncang2 (sampe mual-mules)”
Setelah semua gemetar dan trauma dari permainan Suroboyo Carnival hilang sepenuhnya, kami memutuskan untuk segera pulang. Alhamdulillah kegilaan kami tidak berujung pada demam keesokan harinya. hehe
Bandung-Surabaya, Agustus 2014
Mbak erlis yg paling penakut di antara kami bilang “wetengku kopyaaakkk…..” ketika keluar dari area ontang-anting. artinya kurang lebih “perutku kegoncang2 (sampe mual-mules)”
Setelah semua gemetar dan trauma dari permainan Suroboyo Carnival hilang sepenuhnya, kami memutuskan untuk segera pulang. Alhamdulillah kegilaan kami tidak berujung pada demam keesokan harinya. hehe
Bandung-Surabaya, Agustus 2014
Posting Komentar
Posting Komentar