Pernah membayangkan gak klo ada Morea Dari Ambon yang berbentuk seperti Belut sebesar ular phyton?
Saya ga pernah ngebayangin sih, tiba2 aja saya ketemu sama
gerombolan belut itu waktu saya ke Ambon beberapa waktu lalu.
Morea Ada Di Mana?
Tepatnya di Desa Tulehu, Kecamatan Salahutu, Ambon. Beberapa
jam sebelum saya pulang ke Bandung. Saya diajak oleh Ibu Dian, seorang ummahat
yang setia dengan Ambon meski berkali-kali terjadi kerusuhan hebat.
Sekitar jam 12 siang kami sampai di sebuah kolam pemandian yang
besar. Terlihat beberapa orang sedang melakukan aktivitas khas desa seperti
mandi, berenang, keramas, mencuci baju, dan, Wow, jernih sekali airnya. Ketika saya
menyusuri kolam hingga ke ujung, ternyata kolam ini airnya mengalir sehingga
dapat dipastikan airnya akan terus jernih. Dan di ujung kolam itu ada beberapa
gerombol pohon sagu. Yang sudah dimaklumi pohon itu adalah penanda sumber air. Mirip-mirip
sama pohon kurma di oase padang pasir kayaknya ya…
CARA MEMANCING MOREA
Untuk mengundang Morea aka Belut Raksasa ini agar muncul ke permukaan, kita hanya
perlu menyediakan bau amis darah. Sehingga kami membeli ikan laut Rp20.000,-
ke penduduk di sekitar situ karena kami tidak menyiapkan sebelumnya. Jadi kalau
misalnya kita pengunjung bawa ikan sendiri itu tidak apa2, nggak akan kena penalty.
Kami juga tidak dikenai biaya apa2 saat berkunjung ke kolam tersebut.
Beberapa saat kemudian seorang laki-laki berlarian dengan
membawa 2 keresek ikan segar. Tak berapa lama, beberapa orang laki-laki remaja
dan dewasa segera menyelam sambil membawa ikan yang sudah dipenyet2 hingga
keluar darah dan air serta tercerai berai dagingnya. Intinya mah biar bau
amisnya itu pekat. Dan tak lama kemudian muncullah sesuatu berukuran besar
menuju ke arah kami, dan tiba2 sekumpulan morea sudah mengerubuti daging2 ikan
yang berceceran di pinggir kolam.
BENTUK MOREA DARI DEKAT
Saya berdzikir berkali-kali karena tidak menyangka ada
makhluk semacam itu di air tawar. Ukurannya sangat panjang, berwarna khas
belut, dan tentu saja.. Sangat gendut. Panjangnya si belut ini bahkan hampir
melebihi tinggi seorang anak laki-laki! Waktu si Morea ini dipancing utk naik
ke pinggir kolam, saya terkaget2 ngeliat betapa gembulnya si morea ini. Saya sempat
mengira bahwa ini adalah hasil perkawinan antara belut dan lele. Yang setelah
dipikir2 adalah sebuah teori yang impossible
haha
Semua warga yang sedang berenang, mandi, keramas, dan cuci2
cantik itu tidak merasa ter-distracted dengan kemunculan puluhan morea. Anak-anak
kecil berusia 8-10 tahun juga nyantai-nyantai aja berenang zigzag, horizontal,
diagonal. Tak jarang mereka berpapasan dengan si belut raksasa, yang memang
hobinya nyari makanan abis itu balik lagi ke sarang mereka, dan mereka ga shock
atau apaa gitu. Mungkin itu karena Morea sudah setua peradaban manusia di
Tulehu.
Tau gak? Meski debit air di kolam pemandian ini sangat tinggi (bahkan air luber kemana-mana), Morea tidak pernah hanyut dan hilang. Morea setia di kolam ini sejak berpuluh tahun lamanya
BUDAYA DI DESA TULEHU, AMBON
Dalam kultur budaya sana, tidak ada yang boleh mengambil
Morea apalagi utk memakannya kecuali dengan izin “Raja” di sana. Klo kata Ibu Dian, Raja yang dimaksud adalah keturunan
dari kerajaan Ternate Tidore. Gataulah ya berapa puluh atau ratus keturunan
setelah jaman itu. Jadi bukan Raja kayak di Yogyakarta, dan raja-raja ini memiliki
daerah kekuasaan sendiri. Mungkin semacam Landlord kali yak…
Lanjut lagi tentang si Morea,
Kami lalu membeli ikan lagi
karena belum puas melihat si Belut. Dan benarlah, Induknya muncul ke permukaan dan nampak sangat besar. Saya bergidik, kagum, terpesona, ngeri, sama penasaran. Masyaallah,
Ciptaan Allah memang benar2 luar biasa.
Bandung-Ambon, November 2014
Posting Komentar
Posting Komentar