Pantai Santolo |
Dari awal bulan, suami sudah rajin mendengung2kan ke telinga saya klo kita akan ke Pantai Santolo di Garut. Saya langsung oke aja karena memang penasaran sama Santolo. Alasannya tentu saja karena sebelumnya saya udah pernah hampir menyebrang ke pantai itu waktu kami touring ke Pantai Rancabuaya. Tapi nggak jadi karena kami waktu itu nggak punya banyak waktu.
Perjalanan ini bukan private trip seperti ketika ke rancabuaya, tapi bareng2
sama temen-temennya yang lain. Ah, gapapa. Yg penting main!
Rute dari Bandung ke Garut via Pangalengan, kita harus melewati gunung dan perbukitan. Jalan khas perbukitan adalah berkelak-kelok dengan sangat ekstrim. Awalnya saya mencoba “strong” dan tegar agar nggak mabok dengan berbagai macam metode: pura2 tidur, dsb. Tp ternyata ga ngefek. Haha. Setelah berkali-kali menipu diri… akhirnya saya ga bisa menahan serangan dari lambung. Dan muntahlah saya, haha. Ini pertama kalinya saya muntah di kendaraan sejak belasan tahun yang lalu.
Alhamdulillah, saya muntah hanya 2x selama perjalanan dari jam 10 malam sampai jam 3.20 pagi.
Setelah itu baru deh ikan tongkol yang jadi masakan. Cara masaknya jg kurang
lebih sama dengan si udang, karena kita cuman punya bumbu itu saja. Ikannya
pun hanya dibelah dua agar cepat mateng. ;)
Bandung-Garut, 17-18 Mei 2014
Perjalanan Dari Kota Bandung Ke Pantai Santolo, Garut Selatan
Hari Sabtu, jam 10 malem kita berangkat dr Bandung dengan 2 mobil. Selama perjalanan
itu, saya benar-benar tersiksa. Sumpah, saya ga pernah nyangka kalau rute yg
sangat fun dan senang-senang waktu touring menggunakan motor berubah jadi
adegan pemerasan getah lambung selama 2 jam.
Rute dari Bandung ke Garut via Pangalengan, kita harus melewati gunung dan perbukitan. Jalan khas perbukitan adalah berkelak-kelok dengan sangat ekstrim. Awalnya saya mencoba “strong” dan tegar agar nggak mabok dengan berbagai macam metode: pura2 tidur, dsb. Tp ternyata ga ngefek. Haha. Setelah berkali-kali menipu diri… akhirnya saya ga bisa menahan serangan dari lambung. Dan muntahlah saya, haha. Ini pertama kalinya saya muntah di kendaraan sejak belasan tahun yang lalu.
Perjalanan dengan motor dan dengan mobil ternyata bisa benar-benar berbeda efek dan pengalamannya. Nggak hanya ke kenangan tapi juga dampak ke badan :D.
Alhamdulillah, saya muntah hanya 2x selama perjalanan dari jam 10 malam sampai jam 3.20 pagi.
Sampai Di Pantai Santolo
Ketika mobil sudah sampai di kawasan pantai, saya
langsung lompat dari mobil dan memilih jalan kaki ke lokasi penginapan untuk meredakan
mual dan pusing. Jam setengah 4 kami ke kamar. Lalu saya tidur sampai jam
setengah 6 karena badan saya tiba2 nge-drop kondisinya setelah adegan muntah di
mobil. Untungnya saya jg lagi ga sholat.
(harusnya) sunrise |
Menjelajahi Pantai Santolo
Tiket Kapal Menyeberangi Santolo
Jam setengah 7 pagi kami udh mulai berkeliaran dan nyari
sarapan deket penginepan. Setelah itu kita nyebrang ke Pantai Santolo via
perahu milik nelayan lokal. Jenis perahunya ada dua: didayung dan menggunakan mesin.
Kita bayar Rp 2.000 per orang.
gerbang santolo |
Pasir dan Air Laut Pantai Santolo Yang Luar Biasa Jernih
Waktu sampai di tepi pantai, waw….
It’s unbelievable.
Airnya jernih banget, serius, jerniihh pake banget.
Pasirnya juga lembuuttt banget. Enyoy kalau diinjak kaki :D
Airnya jernih banget, serius, jerniihh pake banget.
Pasirnya juga lembuuttt banget. Enyoy kalau diinjak kaki :D
Kalau kita berdiri di pantai, maka di depan kita itu udah laut lepas. Ga ada halangan apa2.
Sepanjang yang bisa diliat hanyalah laut dan laut. Kalau lagi fit, saya akan maksa buat jalan kaki ke arah laut karena airnya ga terlalu dalam, Di sekian ratus meter di air yang dangkal itu baru deh ada ombak yang bergulung2 dan besaar.
Sepanjang yang bisa diliat hanyalah laut dan laut. Kalau lagi fit, saya akan maksa buat jalan kaki ke arah laut karena airnya ga terlalu dalam, Di sekian ratus meter di air yang dangkal itu baru deh ada ombak yang bergulung2 dan besaar.
Jernih kan airnya, |
Pelabuhan Jaman Belanda, Pantai Santolo
Di sebelah kanan pantai (maap gatau itu arah barat atau
selatan atau mana) ada semacam mantan pelabuhan jaman Belanda. Waktu ke sana,
masih keliatan kok bentuk pelabuhannya. Tapi memang beberapa sisi udah banyak
yang runtuh diterjang ombak. Dan spot itu dipakai oleh beberapa orang utk
mancing dan sebagian penduduk lokal menjadikan kanal yang dibentuk utk
sekoci/perahu kecil dari kapal induk merapat, untuk mencari koin yang dilempar
oleh pengunjung ke dasar laut.
Kemudian, karena saya udah kyk mau pingsan, suami megangin saya dan nuntun saya sampai ke gubuk yg kami pinjam untuk
beristirahat. Saya kurang tau penggunaan gubuk itu dikenakan biaya atau tidak.
sang mantan pelabuhan |
Makan Udang Dan Ikan Segar Di Pantai
Sampai di gubuk ternyata teman-teman suami lagi sibuk masak udang segar yang
dibeli dari nelayan dengan peralatan kompor gas portabel, happy call, mentega,
dan kecap pedas.
Meski badan saya sudah terasa melayang-layang, saya nggak
mau ketinggalan acara makan udang.
Waktu nyicip udangnya, asliii enak banget.
Udangnya banyak dagingnya karena ukurannya gede, gurih, dan manis. Beda lah
rasanya dengan udang yang dibeli di pasar. 2 kilogram udang langsung habis dalam
sekejap. Haha.
udang masak seadanya |
Pulang Ke Bandung
Abis itu saya benar2 tepar, tiduran di gubuk karena badan yg sudah gemetar
dan semakin panas. Sekitar jam setengah 1 kita balik ke penginepan dan mandi.
Pas adzan ashar, 2 mobil itu bertolak ke bandung.
Karena saya tau saya akan muntah lagi saat lewat rute pegunungan, maka saya menenggak 2 butir antimo. Dan… saya langsung tidur 15 menit kemudian. Saya cuma bangun waktu mobil berhenti dan saya pengen buang air kecil. Selebihnya saya tidur. Efek negatifnya: jiwa dan badan kayak ga sinkron. Waktu saya ngomong, suara saya seperti terdengar di kejauhan. Jalan kaki juga terasa melayang, harus dipegangin.
Karena saya tau saya akan muntah lagi saat lewat rute pegunungan, maka saya menenggak 2 butir antimo. Dan… saya langsung tidur 15 menit kemudian. Saya cuma bangun waktu mobil berhenti dan saya pengen buang air kecil. Selebihnya saya tidur. Efek negatifnya: jiwa dan badan kayak ga sinkron. Waktu saya ngomong, suara saya seperti terdengar di kejauhan. Jalan kaki juga terasa melayang, harus dipegangin.
Pesan Moral: Kalau mau minum antimo, cukup 1 butir saja. Jangan kayak saya!Begitulah akhir perjalanan saya di Santolo. Status saya sakit sampai hari ini, Senin Tanggal 19 Mei. Alhamdulillah kondisi badan udah baikan, tinggal batuk aja yang masih enggan enyah dari tubuh.
Bandung-Garut, 17-18 Mei 2014
Mauuuu... Wah jernih banget ya airnya
BalasHapus