Katanya gini “just give me a
little time…”
oke, saya terharu. Hehe.
oke, saya terharu. Hehe.
Rute Touring Motor Bandung Ke Pantai Rancabuaya
Rute yang kami pilih adalah
lewat Pangalengan, Situ cileunca, teruusss… ke Garut via Cisewu. Pantai Rancabuaya terletak di Desa Purbayani, Kecamatan Caringin, Kabupaten Garut.
Istirahat dulu |
Perjalanan Touring Dari Badung Ke Rancabuaya
Sabtu pagi tanggal 6 Juli 2013 sekitar jam 6 pagi, setelah mandi, sholat subuh dan sholat shafar kami sudah di atas motor, bersiap memulai touring ke Rancabuaya, sang Eropanya Jawa Barat. Di pagi itu, ketika saya sampai di daerah Pangalengan, tangan dan kaki
saya nyaris beku karena angin dingin yg menusuk tulang belulang.
Kami istirahat
sebentar buat sarapan: lontong kari dan beberapa gorengan serta mencari
perbekalan di minimarket terdekat. Kata suami di Rancabuaya jarang ada warung.
Kami kembali meluncur ke jalanan menuju Pantai. Jalan berliku
dan berkelok menjadi santapan utama saat touring waktu itu. Jalanan yang mulus
sampai rusak karena diterjang hujan dan longsor dari perbukitan membuat
perjalanan ini sangat dinamis.
Di perjalanan itu saya sempat kebingungan mencari toilet atau masjid utk
buang air kecil karena di kawasan itu rumah penduduk relatif jarang dan ukuran
masjidnya kecil-kecil sehingga fasilitas mcknya tidak ada.
Pada perjalanan itu kami melalui dua
objek yang cukup mencolok selain sungai dan lembah2 nan hijau, yaitu
- Jembatan yang sudah sangat mulus dan lebaarrr… kalau kata kakak, dulu jembatan penghubung daratan yang dipisahkan oleh sungai besar sangat minim fasilitasnya, sehingga mobil, motor atau bus harus bergantian memakainya. Tapi sekarang sudah sangat baguusss. Makasih banget buat Kang Aher, Pak Gubernur Jabar.
- Air Terjun mini di pinggir jalan.
Jembatan jaman dulu |
Jembatan sekarang |
Di kawasan kabupaten Garut, kami benar2 melintasi bukit,
naik turun bukit yang satu ke bukit yang lain. Kalau tidak salah hitung ada 12
bukit yang kami lewati sampai akhirnya kami melihat Laut di ujung horizon sana.
Menginap di Hotel Pantai Rancabuaya
Sekitar jam 12.20 kami sampai di Pantai Rancabuaya dan saya
langsung ke resepsionis salah satu hotel yang letaknya di dekat pintu gerbang. Alhamdulillah,
room ratenya masih bisa dijangkau dompet kami sekitar Rp 300.000,-. Ruangannya sangat
luas utk kami berdua dan ada acnya.
Setelah sholat, mandi, dan beres2
semua perlengkapan touring kami, saya berkelana ke depan hotel utk memesan makanan.
Waktu saya ke rumah makan itu, saya diajak ke freezer yang isinya berbagai
jenis ikan yang ditangkap tadi pagi dan dapat langsung dipesan. Wow… !
Saya
langsung pesan cumi-cumi sesuai permintaan suami dan masih bertanya-tanya bagaimana
menghabiskan 1 kilo cumi saat berjalan pulang ke kamar penginapan. Tak berapa
lama cumi2 datang dan seperti yg saya duga: porsinya kebanyakan buat kami
berdua!
Saya pikir 60 rb cumi2 dan nasi itu bisa utk makan siang 4-6 orang. Karena
nasi dari warung makan itu diletakkan di sebuah “sangku” berukuran sedang. Saat
itu kami hanya sanggup menghabiskan 2/3 porsi cumi.
Sebentar kemudian kami ke lokasi
lain utk melihat garis pantai selatan.
Dan memang, perjalanan 6 jam dari Bandung sangat layak dijalani utk menikmati pemandangan yang menakjubkan.
Dan memang, perjalanan 6 jam dari Bandung sangat layak dijalani utk menikmati pemandangan yang menakjubkan.
Sekitar jam 3, kami kembali ke kamar dan leyeh2 sebentar, ngecas henpon dan
kamera yang kami bawa. Jam setengah 5 kami menyusuri Pantai Rancabuaya dengan
jalan kaki dengan kamera di tangan dan tak lupa jaket utk melindungi badan saya
yang nyaris underweight ini dari paparan angin laut yang luar biasa besar. Kami
tidak terlalu jauh menyusur pantai, biasa2 saja. Kami ga sampai naik2 bukit
karang yang menjulang di sebelah timur kami. Jalan2, ngobrol sama anak kecil yg
lagi main di pantai, dan motret sunset yang tertutup mendung.
Menjelang maghrib kami balik ke
penginapan setelah sebelumnya memesan makan malam di warung makan yang sama
dengan menu ikan syalala (ga inget namanya apa, hehe). Pemilik warung menawari
saya utk memesan ikan yang beratnya 2,5 kg bersama dua orang bapak2 yang
kebetulan sedang liburan di sana. Ok, Deal!
Ketika ikan syalala goreng itu
sampai, kami lagi2 takjub karena ikan yg sudah dipotong jadi dua itu masih
tetap besar ukurannya dan hanya sanggup kami habiskan separuhnya. Itu pun udah
sambil dicemal cemil dengan sambel kecap. Lalu kami berinisiatip utk membungkus
nasi dan lauk pauk yang ada bersisa utk sarapan besok pagi, lumayan kan?
Keesokan harinya, kami sudah mandi dan beres-beres sebelum adzan subuh berkumandang karena waktu kami sangat terbatas. Ba’da subuh, saya dan
kakak kembali main ke ujung timur pantai utk melihat sunrise. Kali ini make motor karena kaki udah lumayan capek. Dan well, matahari kembali
tak terlihat sempurna karena tertutup mendung.Sejak kapan sih saya dapet sunrise atau
sunset sempurna waktu main ke pantai? Haha
Pulang Ke Bandung Dengan Menyusuri Pantai Via Jalur Pameungpeuk
Kami tak berlama-lama di pantai karena
kami harus segera pulang ke Bandung. Kami rencananya mau susur pantai via Pameungpeuk. Sekitar jam setengah 7 kami sudah melaju di jalanan.
Perjalanan pulang kami diwarnai dengan jalan yang rusak
cukup parah.
Entah karena hujan yang luar biasa dahsyat atau karena sering dilewati kendaraaan berat… atau keduanya. Hingga ada adegan mendorong motor karena motornya nggak kuat nanjak.
Entah karena hujan yang luar biasa dahsyat atau karena sering dilewati kendaraaan berat… atau keduanya. Hingga ada adegan mendorong motor karena motornya nggak kuat nanjak.
Dorong motor |
Waktu itu rada kocak sih kejadiannya.
Jadi pas motor stuck karena kepentok batu yang cukup besar, saya pengen langsung turun agar motornya ga jatuh. Tapi apa daya, posisi duduk saya yang kejepit di antara si kakak dan bagasi motor di belakang. Hal ini membuat saya harus berusaha keras utk melepaskan diri. Alhamdulillah si motor dan pengemudinya ga jatuh berguling di jalanan menanjak dan penuh batu itu.
Adegan mendorong motornya pun jadi agak2 dramatis karena disorot matahari pagi yang baru mau muncul di ujung timur sana =D
Saat susur pantai itu, mulut saya lebih banyak diam dan mata
saya tak bosan memandang di sebelah kanan jalan. It was a Wow moment banget
karena garis pantai seakan tidak terputus. Apalagi ditambah dengan lokus persawahan yang sedang dipanen oleh petani setempat. Indonesia memang cantik!
Mampir Sejenak Di Pantai Santolo
Entah sampai mana, motor tiba2
berbelok dan kami memasuki gerbang yg bertuliskan
“Selamat Datang Di Pantai Santolo Indah Kabupaten Garut”
Waaaa….. Saya benar2 senang.
“Selamat Datang Di Pantai Santolo Indah Kabupaten Garut”
Waaaa….. Saya benar2 senang.
Motor diparkir di dekat TPI (tempat
pelelangan ikan) dan kami langsung cari tempat utk sarapan. Kami duduk di
barisan bebatuan yang memanjang ke arah laut. Di samping kiri saya terlihat
wisatawan sedang bermain banana boat
lalu di kiri saya ada sebuah daratan lain yang dipisahkan dengan laut sejauh 10
meteran.
Saya kira saya sudah ada di pantai Santolo, gataunya itu baru semacam
“pintu gerbang”nya dan daratan yang saya liat sangat dekat dengan hidung saya
itulah yang namanya Santolo.
Pantai Pembatas ke Santolo |
Gerbang ke Santolo |
Tapi begitulah takdir ya, meski sudah sangat dekat jika
belum jodoh ya ga akan ketemu. Meski saya sudah merengek utk main “sebentar” ke
seberang, si kakak menolak karena ga akan cukup waktunya. Heuheueheu.
Pemandangan di perjalanan pulang |
Kami kembali beberes utk melanjutkan perjalanan ke bandung
setelah membeli 2 ekor ikan yg beratnya hampir 3 kilo. Perjalanan ini tidak
jauh berbeda dengan saat kami berangkat yaitu perbukitan demi perbukitan dengan
lembah dan jurang di pinggirnya. Di sebagian besar perjalanan itu kami jarang
mendapati pemukiman penduduk, hanya ada pohon, hijau, dan udara segar. Saya benar-benar jatuh cinta dengan Jawa Barat.
Sekitar jam 4 lewat kami sudah
memasuki kawasan Bandung, tapi tetap saja kami baru sampai rumah sekitar jam 7
karena tersendat macet di Rancaekek. Macet yg benar2 luar biasaaa…
Sampai rumah, kami langsung beres2 sholat dan istirahat.
Saat saya melihat tumpukan baju
kotor di keranjang sudut kamar, mereka seakan2 berkata
selamat tinggal liburan, selamat kembali ke kehidupan nyata.
selamat tinggal liburan, selamat kembali ke kehidupan nyata.
Semoga saya bisa touring lagi,
destinasi yang saya inginkan adalah Ujung Genteng atau Santolo (yang beberapa
tahun kemudian dikabulkan Allah).
Bandung, September 2013
Posting Komentar
Posting Komentar