Hutan Mangrove Blok Bedul, Banyuwangi. Saya benar-benar blank soal Taman Nasional Alas Purwo, saya cuman tau Baluran. Titik. Apalagi soal Blok Bedul. Pernah denger aja nggak. Mungkin teman-teman juga merasakan hal yang sama. Iya kan? Kan? #maksa
Saya dan teman-teman saya waktu itu sampai di sana sudah pukul setengah 4 sore. kami disambut dengan pohon mangrove dan tanah berpasir yang bersih. Kami lalu berpisah sesuai kelompok dan menuju dermaga kapal untuk menyeberang ke pulau sebelah, tentu saja dengan jalan kaki. Nah, ternyata di blog bedul ini kami setidaknya bisa menemui 3 hal:
Jembatan Kayu dan Kepiting Bercapit Merah
Kami mengikuti jalan dan tak lama kami bertemu dengan
jembatan kayu yang melintasi kawasan mangrove dan bangkai perahu. Di kanan-kiri
kami bibit mangrove sedang tumbuh dan di setiap sentimeter tanah di bawah
jembatan ada kilauan berwarna merah yang bergerak-gerak cepat.
Setelah saya cek
dan tengak-tengok apa itu yg warna merah ternyata itu kepiting kecil dengan
capit berwarna merah. Uniknya capit berwarna mencolok itu berukuran sangat
besar dibandingkan dengan capit yang lain. setelah aware dengan keberadaan
kepiting ini, saya baru sadar ternyata sejak awal tadi ada ribuan kepiting ini
yang berseliweran di bawah dan samping kanan kiri jembatan yang sedang kami tapaki
bersama.
Perahu Gondang-Gandung
Untuk menyeberang ke arah pantai, kami menggunakan jasa
perahu yang biasa disebut Perahu Gondang-Gandung. Awalnya saya cuman ngerasa
kalau bentuk kapalnya aneh. Setelah saya searching ternyata Perahu
Gondang-gandung ini terbuat dari 2 perahu kecil (sampan) yang digabungkan
dengan lantai dan kursi kayu serta atap dari terpal. Jadi nggak heran klo
perahu yang bisa muat 15-20 orang itu seperti punya taring *imajinasi tingkat
tinggi*
Dengan perahu ini kita bisa menyusuri Segara Anakan dengan
harga sewa 150-200rb/perahu. Waktu itu kami nggak keliling, tapi langsung
nyebrang aja. Kami sibuk cing! #kibasrokpanjang
Pantai Blok Bedul
Sesampainya di pulau seberang, kami disambut dengan
sekumpulan monyet. Saya yang udah sering liat monyet, lempeng aja jalan ke arah
pos. Setelah semua udah lengkap, kami langsung jalan (lagi) ke arah pantai yang
jaraknya sekitar 1 km. sebenarnya jaraknya tidak terlalu jauh dan tracknya pun
enak (datar) tapi karena kami sudah berputar-putar dari setelah subuh
perjalanannya menjadi sangat menguras tenaga. Lelah hayatii…
Akhir hutan yg lebat sepanjang 1km ini bersambung dengan
pantai yang luas. Garis pantainya panjang dan tidak terlalu ramai. Namun
sayangnya pantai ini terlalu plain buat saya yang udah cukup banyak melihat
pantai di Jawa Barat.
Karakter pantai ini mengingatkan saya pada Pantai Pangumbahan di Ujung Genteng, yaitu sangat tidak menarik (in my not too humble opinion). Pardon me :p.
Saya yang sudah sangat lelah hanya sanggup duduk cantik di
atas pasir yang lembut sambil melihat teman-teman saya berlompatan girang demi
sebuah pose foto. Maklum, di sini semua orang asik dengan kameranya. Oya, di
pantai ini angin dari arah laut sangat kencang dan membuat saya hampir-hampir
masuk angin. Jadi klo teman-teman mau ke sana gak kuat sama angin, lebih baik
sedia jaket :D
oya, ini kompilasi foto2 di sana:
Posting Komentar
Posting Komentar