“Cobain aja….” Kata Pak Ruli yang lagi duduk-duduk cantik
bareng dengan bapak-bapak yang lain di rumput pinggir jalan. Elf kami pun sudah
parkir dengan cukup elegan di sisi jalan aspal yg lain menuju Taman Nasional
Alas Purwo.
Eh?
Saya waktu itu ragu-ragu campur excited dengan kuliner yang
selama ini cuman saya baca di internet. Bungkusan plastik kecil yang
diangsurkan oleh Pak Ruli saya ambil dan di dalamnya teronggok belalang yang
telah digoreng garing. Sebagian besar sudah tak utuh lagi tubuhnya, saya
memegang bagian kepala belalang dengan telunjuk dan jempol tangan kanan.
Makan nggak nih?
Teman-teman saya yg perempuan juga tampak ragu-ragu.
Sebagiannya malah menggeleng keras-keras melihat onggokan snack siang hari saat
itu. Saya liat bapak-bapak ngemilin belalang goreng ini sambil ngobrol-ngobrol,
seolah-olah mereka lagi makan kuaci atau keripik kentang.
Pengen nyobain, tapi ngeri. Bahasa kekiniannya: galau.
Setelah saya bergelut dengan kecemasan nggak penting dalam diri
saya, saya lalu mengucap basmallah dan mengunyah kepala belalang yang ada di
tangan saya.
Gigitan pertama, saya merasakan sensasi renyah. Tapi beda ya
sama renyah keripik, ini renyahnya sedikit “berat” dan “kesat” di mulut, mirip
kayak kita ngunyah ikan asin yang digoreng (bukan ikan asin yang tipis itu tapi
ya…)
Gigitan kedua dan seterusnya saya nggak merasakan keanehan,
belalang goreng yang telah bercampur air liur itu sukses meluncur menuju
lambung. Lalu saya minta lagi :p. fyi, rasa si belalang goreng itu cenderung
plain. Kalau kata ibuk penjualnya, bumbunya memang hanya ro*co dan garam :D.
setelah nanya-nanya kepo ke Ibu Penjual Belalang Goreng,
saya jadi tau beberapa info soal kuliner ini. Belalang goreng cuman ada saat
lagi musim belalang yaitu di bulan Februari-April tiap tahun. Perjalanan
mencari belalang ini pun nggak mudah: suami dan anak lelaki ibu ini harus
berangkat sore-sore menuju Pulau Merah dengan membawa senter. Mereka semalaman
mencari belalang dan ditangkap satu-satu! Tentunya ada teknik dan strateginya
ya…
Kalau lagi banyak, semalaman mereka bisa mendapatkan 1.000
ekor belalang. Tapi kalau lagi sepi paling cuman dapet 500 ekor. Sebungkus
kecil yang saya genggam tadi harganya cuman 5.000 rupiah. Dan jika mau membeli
belalang yang masih hidup seperti di bawah, harganya cuman 30ribu. Makanya
please, klo ada yang mau beli beginian di jalanan, jangan ditawar ya… karunya
teuing (kasian banget) sama mereka. Jadilah bapak-bapak pada ngeborong habis
belalang goreng yang kecil-kecil.
Oya ternyata kuliner ini peminatnya sampai di luar pulau
jawa lho. Ada aja yang pesen 1000 ekor belalang buat dikirim ke Kalimantan,
Sulawesi, dan lainnya. Rejeki mah emang udah ada yang ngatur ya... :D
Posting Komentar
Posting Komentar