Pukul 14.30 WIB saya dan suami melanjutkan perjalanan ke Banyuwangi dengan Kereta Sri Tanjung. Perjalanan kami semakin semarak karena kami kami bertemu dengan rombongan Gresik, Surabaya, Kuningan, Lampung, dan Jakarta. Memang rombongan kami tidak satu gerbong, tapi ketika tubuh berada di dalam satu rangkaian kereta kami masih merasa bersama-sama #ciee. Emang ada apa sih rame2 ke sana? Kami bareng2 mau selebrasi ulang tahun ke-5 Komunitas fotografi kami yaitu tOekangpoto. Selebrasi yang kami adakan pun tidak lain dengan hunting foto bareng sekalian belajar dari para fotografer senior.
anggota perjalanan di stasiun Surabaya |
Besoknya, hari Jumat pagi. Kami semua bangun sebelum subuh dan shalat berjamaah di aula Kadin karena mushollanya kecil banget utk jumlah rombongan kami. Setelah itu bertolak ke Pantai Boom, Banyuwangi dengan 3 elf dan 2 mobil. Pantai Boom ini mudah diakses dari pusat kota, dekat pula dengan Masjid Rayanya. Tiket masuk pun murah meriah, hanya Rp 3.000,-. Kami semua lalu berpencar ke spot favorit masing-masing untuk memotret sunrise.
sampe di Stasiun Banyuwangi |
Selain itu kita bisa liat gunung dengan jarak yang cukup dekat. Bagus sekali pemandangannya di pagi hari. Pantai ini pun memiliki sebuah teater terbuka yang katanya sering digunakan untuk acara budaya, misalnya Festival Gandrung Sewu (festival tari tradisional, pen). Dan seperti layaknya pantai wisata lain, di Pantai Boom ini disediakan kursi utk bersantai yg dilengkapi dengan payung lebar berwarna merah utk para pengunjung. Jangan lupa bayar sewaaa :p.
Bagi teman2 yang dari luar Banyuwangi dan sekitarnya, please be aware dengan suhu udara yang sangat tinggi bahkan sejak pukul 6 pagi. Saya sampai berkali-kali liat jam utk ngecek waktu. “ini beneran jam 6 pagi?” lalu lari-lari nyari tempat berteduh karena gak tahan dengan panasnya matahari =D.
Setelah puas hunting ria dan sarapan, kami beranjak pulang. Namun ternyata ada objek yang menarik sebelum kendaraan kami benar-benar pulang yaitu pelabuhan lama yang sekarang tidak aktif lagi dan hanya menjadi tempat parkir perahu nelayan. Kami buru-buru keluar dari mobil dan hunting photo lagi. Kalau pagi2 6, maka kita bisa lihat refleksi sempurna rumah penduduk, gunung hingga masjid di air laut pelabuhan itu.
refleksi rumah, masjid dan gunung di laut. masjidnya itu yg warna orenz |
Hal unik lain di tempat ini adalah: landscape pelabuhan ini tidak berubah 99% sejak jaman dulu. Dibuktikan dari hasil perbandingan foto dari tahun 60an dan foto yang sering diambil oleh fotografer jaman sekarang. Semuanya sama kecuali bangunan masjid yang sekarang lebih tinggi. Wow!
kami, di Pantai Boom |
Posting Komentar
Posting Komentar