Sebagai anak Sumatera, harga diri saya terluka karena belum menginjakkan kaki di seluruh sudut salah satu pulau terbesar di Indonesia ini. Bahkan sejujurnya hingga umur saya melewati seperempat abad, saya baru menghirup udara di Lampung dan Sumatera Utara saja. Duh, saya teh merasa kumaha kitu sama pulau tumpah darah, haha.
Perjalanan Dari Bandung ke Aceh
Alhamdulillah, di tahun 2016 saya diminta berangkat untuk mengurus sebuah seremoni di jantung kota Banda Aceh, yaitu di Masjid Baiturrahman. Pekerjaan saya beneran cuman ngurusin seremoni itu dan setelah itu pulang. Yey!
Saya berangkat dari Bandung menuju Bandara Soekarno Hatta tengah malam karena jadwal keberangkatan adalah di sekitar jam 5 pagi di Terminal 3 Ultimate. Sesampainya di terminal 3, saya culang-cileng sendirian. Daripada mati gaya, saya (yang sebenernya ngantuk karena harusnya masih bobok di rumah) memutuskan untuk melihat-lihat pameran foto di terminal itu. Kebetulan beberapa teman di komunitas tOekangpoto ikutan hunting foto di terminal ini sebelum acara peresmian. Tapi sayangnya saya nggak nemu nama teman saya, mungkin karena saya nggak keliling terlalu jauh.
Saya sampai di Serambi Aceh sekitar jam 8 dan langsung pesan taksi di pintu keluar bandara. Tarif taksi di sini seperti halnya di bandara-bandara lain sudah ditentukan dan tentu saja mahal. Dari Bandara Sultan Hasanudin ke Kota Banda Aceh tarif taksi flat 100ribu. Gusti,,, untung pake duit kantor.
Di sela-sela koordinasi untuk mengerjakan semuanya, saya punya waktu total tiga jam saja untuk mengunjungi tempat-tempat populer di Banda Aceh.
Masjid Baiturrahman
Lokasi pertama yang saya kunjungi tentu saja adalah masjid ini karena
hari pertama saya menginjakkan kaki di Aceh, setelah saya diskusi di
kantor cabang, saya langsung ke sini untuk koordinasi dengan pihak
DKMnya.
Di akhir tahun 2016, masjid Baiturrahman masih dalam proses renovasi. Jadi, saya belum menemukan pemandangan indah di halaman masjid seperti saat ini. Tapiii... i love been there. Saya suka sekali dengan desain interior masjid raya ini, semuanya nyaman.
Masjid ini dilengkapi dengan karpet empuk untuk sholat, ada banyak rak kecil yang berisi Al Quran dan juga mukena. Area sholat laki-laki dan perempuan di ruang utama tidak disekat tertutup, jadi kita bisa melihat dengan leluasa ke arah imam sholat. Yang bikin ribet di masjid ini adalah tempat wudhunya yang jauh :D
Oya, info dari teman saya yang juga sering kali berinteraksi dengan DKM Baiturrahman: selalu ada yang melaksanakan akad nikah di ruang utama masjid ini. Bahkan di masjid sudah ada pembagian shift untuk akad nikah yaitu dari masing-masing akad nikah diberi waktu 2 jam saja dan semua jadwal akad nikah hari itu harus sudah selesai sebelum adzan dzuhur. Setelah sholat dzuhur, tidak diperkenankan ada acara apapun (kecuali kalau ada tamu super duper penting) karena ada kajian rutin.
Museum Tsunami Aceh
Museum ini menjadi salah satu yang wajib didatangi di Banda Aceh. Selain karena sejarahnya, museum ini juga mudah sekali dijangkau karena dekat dengan masjid Baiturrahman. Museum yang dirancang oleh Ridwan Kamil ini adalah simbol pengingat atas bencana tsunami yang terjadi waktu saya masih kelas 1 SMA.Desain Museum Tsunami Aceh ini disebut 'Rumoh Aceh Escape Hill'. Hebatnya, museum tersebut tidak hanya berfungsi sebagai monumen peringatan, tapi sebagai tempat perlindungan dari bencana tsunami. Berkaca dari tragedi Tsunami Aceh 2004, Ridwan Kamil membuat taman berbentuk bukit yang dapat dijadikan lokasi penyelamatan apabila bencana tersebut terjadi lagi di masa mendatang. Atapnya yang landai dimaksudkan untuk menampung penduduk (Brilio.net)
nama-nama korban tsunami |
Taman Sari, Banda Aceh
Ini adalah satu-satunya taman yang saya kunjungi, letaknya juga masih di sekitar Masjid Baiturrahman yaitu di Kampung Baru. Waktu itu saya kebetulan lewat aja dan saya tertarik untuk turun dari motor karena ada pilar warna-warni yang sangat eye catching.Taman Sari adalah salah satu destinasi liburan keluarga di Aceh. Akhir-akhir ini Taman Sari lebih populer dengan nama Taman Bustanus Salatin dan banyak digunakan untuk event-event seru di Aceh, misalnya Festival Kopi.
Saya suka sekali ketika bermain di sini karena ada lapangan rumput yang luas dan banyak pepohonan rindang. Suasananya cozy dan adem untuk piknik atau sekedar ngobrol bareng teman komunitas :D
Bagi karyawan dan pekerja yang ke Aceh bukan murni untuk wisata (seperti saya), maka waktu yang sempit di sana insyaAllah tidak akan menjadi halangan untuk menikmati beberapa suguhan menarik dari bumi Serambi Mekah. Tapi saya tetap berdoa dalam hati, semoga saya punya kesempatan untuk menjelajahi Aceh lebih lama. aamiin.
Wah, jadi pengen ke sana...nyebrang ke Sabang sekalian... Hehehe
BalasHapusAh... sabaaanngg...
BalasHapusbener banget mbak. saya juga pingin ke Sabang.
someday ya... someday...
Penasaran dengan musium tsunaminya.
BalasHapusBelum pernah ke Banda Aceh, pengen kesana.
BalasHapuspengen banget bisa wisata ke Banda Aceh, apalagi ke mesjid Baiturrahman. Semoga bisa dikasi kesempatan buat kesana :)
BalasHapusmesjidnya subhanAllah, keren banget! mesjid di kota baru parahyangan bandung juga dirancang pak RK loh ^^
BalasHapuswhuaa...kereeen,pengen ke ACeh belum kesampaian
BalasHapusPengen bisa mengajak anak-anak jalan-jalan ke Aceh,jauh amat yaaak
BalasHapusAku juga ingin banget ke Aceh teh.. Padahal deket kalo dari rumah nenekku di Medan tapi ya kumaha belum sempet aja hiks
BalasHapusAku baru tau Susie anak Sumatera, nih *kurang ngobol kita, ya* Dan aku belum pernah sekalipun menginjakkan kaki di SUmatera. Kasian, ya*
BalasHapusIa nih kepengen ke Aceh, huhuhu mupeng
BalasHapusBerarti tarif taksi Bandara adil dan merata. Merata mahal maksudnya. Di Bandara mana pun
BalasHapus