Tujuan utama kami di hari pertama menjelajah Penang adalah berburu street art atau mural di jalanan. Awalnya saya pingin ke penginapan dulu buat nitipin ransel, numpang mandi, abis itu baru deh jalan-jalan. Tapi si kakak aka suami saya pinginnya langsung jalan2 aja karena males kalau bolak-balik. Yaudahlah, saya nurut aja. Yang penting suami ridho kan… eaaa #kibasjilbab
Kami menyebrang dari pelabuhan/dermaga yang menyatu dengan terminal bis dan langsung jalan menyusuri jalanan Penang yang masih sepi manusia. Dalam “ekspedisi” ini saya benar-benar ngekor di belakang suami saya yang pegang peta dan juga ngerti gimana caranya baca peta. Tau kan kalau saya buta peta? LOL
Street art di Penang itu terserak dimana-mana, dari jalan2 besar sampai gang-gang kecil dan rada mblusuk. Saya bisa nemu lumayan banyak dari mural yang femes di kalangan traveler misalnya Children in Swing, Little Children on a Bicycle sama Boy on a Bike. Kami juga nemu banyak street art yang dibuat dari lilitan kawat dan kebanyakan nggak sengaja, misalnya waktu kita lagi jalan di pinggir jalan raya eh ternyata di tembok samping kanan atau di seberang jalan ada street art dan mural di Penang yang seakan2 melambaikan tangan ke saya untuk difoto.
Kurang lebih Jam 7 lewat, suami saya ngotak-atik peta untuk mencari street art yang sekaligus satu arah menuju restoran halal dekat Masjid. Alhamdulillah jam setengah 8 kita tempat makan yang namanya “Ramzan Restaurant” di 48, Leboh Ah Quee, Penang.
Waktu itu kami mencoba sarapan ala orang lokal yang ternyata cita rasanya nggak jauh dari makanan India. Kami memesan Capati, yang bentuknya mirip2 sama Roti Canai tapi lebih tipis. Harganya selembar 1RM. Saya pesan 3 lembar (asli, porsi segini udah bikin kenyang), sedangkan suami pesan 5 lembar. Kami juga memesan lauk berupa daging cincang yang harganya 3,5RM untuk 1 piring kecil dan 1 ayam goreng 6RM, teh tarik 1 gelas 1,7RM. Total makan kami berdua berarti sekitar 19,2 RM. Boros ya? Biarin deh.
Kami selesai sarapan pukul 08.15 dan disambut dengan matahari Penang yang luar biasa panas ketika kami keluar dari restoran itu. Jam setengah 9 saya udah meleleh karena kepanasan di jalanan Penang. Sunscreen SPF 30 dan PA++ plus kacamata item yang saya pakai berasa nggak ngasih banyak pengaruh. Karena suasana udah nggak nyaman dan badan udah banjir sama keringat, saya waktu itu merengek2 ke suami buat mampir ke hotel dulu sebelum melanjutkan perjalanan.
Sesampainya di Red Inn Cabana Hotel, kami bisa nyimpen ransel, numpang mandi, dan make wifi di hotel itu padahal kita resmi check innya itu jam 2 sedangkan saat itu masih jam 10an. Hotel ini recommended banget.
Tips buat berburu mural di Penang
- Download peta street art trus simpan deh di hape. nyarinya gampang kok. Misalnya di sini. Pastikan juga kalau teman jalanmu bisa baca peta :D
- Berburu sepagi mungkin karena Penang itu panasnya ajegile. Entah karena memang beneran panas (banget) atau karena saya yang udah terbiasa hidup di Bandung.
- Sunscreen dan kacamata hitam adalah kewajiban! Pelengkapnya adalah topi lebar agar wajah tidak gosong dan kita bisa tetap senyum sempurna di jalanan Penang yang panas membara.
Salam Susie,
BalasHapusCatatan yg bagus dan entertaining. Akan ke Penang ujung November ini jadi tips nya sangat berguna :-)
Sebetulnya, ada satu cara untuk jalan asyik tanpa berkeringat di Penang, yaitu naik becak.
BalasHapusKeliling satu jam ke semua spot, sekitar 40 ringgit