Hari 1: Genting Highlands
Hari 2&3: Penang
Hari 4: Kuala Lumpur, Pulang.
simpel banget kan? :D
Nah, ceritanya kami udah selamat nih dari imigrasi Malaysia dan sudah memegang tiket bus shuttle KLIA2-KL sentral. Tapi masalahnya adalah waktu berangkat bus di tiket tinggal 10 menit lagi sedangkan kita nggak tau terminal busnya ada dimana. Saya cuma tau kalau “terminal busnya tinggal ngikutin petunjuk arah di bandara kok” hasil dari kekepoan saya di blog para traveler senior. Tapi percayalah, dengan otak yang jetleg abis dari imigrasi dan liat kita cuman pny waktu 10 menit, kita mendadak jadi bloon. Setelah nanya sama orang di meja informasi terminal busnya ke arah mana, yang ada di otak saya saat itu cuman 1: lari!
Kami berlarian di antara kafe dan toko2 mahal dengan mata liar nyari2 petunjuk arah. Bye-bye deh agenda cuci mata sebentar di bandara gara2 antrian di imigrasi, haha. Benarlah setelah lari-lari 5 menit di lorong berAC kami nemu eskalator menuju terminal bus dan kami tetep lari-lari di atas tangga otomatis itu. Bis kami udah bertengger dengan manis dan untuk memastikan kami tanya ke salah satu orang yang mau masuk.
“KL Sentral?” *ini nanya kayak ke kondektur ya, padahal doi penumpang ya sama kayak kita
“Ya, betul. Dari Indonesia?”kata bapaknya ramah. Ternyata si Bapaknya ini dari Selangor dan familiar sama Bandung. Yaiyalah, orang Malaysia sebelah mana yang nggak kenal sama Bandung dan Pasar Barunya? hehe
Kami lalu duduk dengan tenang di dalam bus yang ternyata baru berangkat beberapa menit setelah jadwal keberangkatan. Waktu itu Langit Malaysia cerah ceria, setelah keluar dari bangunan Bandara kami disambut dengan jalan tol dan perkebunan sawit. Lalu saya tidur dan terbangun kembali ketika bus sudah memasuki jalanan kota dan lalu lintas yang padat di Kuala Lumpur. Kami sampai di KL Sentral sekitar pukul setengah 3 sore. Perjalanan dari Bandara ke KL Sentral memakan waktu 1jam 15 menit.
Tempat mangkal bis di KL sentral itu di basement dan begitu kami keluar dari bus, nampak loket bus berderet2. Karena hari itu agenda kami “hanya” ke Genting Highlands maka kami langsung ke loket Bus Go Genting dan memesan tiket.
Ekspektasi: beli tiket buat jam 4 dan bisa liat Genting di waktu siang dan malam
Kenyataan: tiket Bus sold out dan cuman ada buat jam 5 sore ke atas. Haha.
Kami beli tiket jam 5 sore yang akhirnya HANGUS karena ada kejadian super dodol gara-gara saya. Nanti saya ceritain detilnya. Jam 6 sore kami berangkat ke Genting Highlands dengan bus Go Genting warna merah. Interior bisnya mirip kayak bus AKAP yang berAC, bedanya ada pijakan buat kaki di bagian bawah. Waktu kami keluar dari bangunan KLSentral, kami disambut dengan hujan deras. Waktu itu saya mencoba melek dengan ngeliatin jalanan Kuala Lumpur yang lagi padat merayap karena (kayaknya) pas jam pulang kerja karyawan. Tapi usaha saya sia2 dan saya (kembali) tidur dengan nyaman.
Saya membuka mata ketika hari sudah mulai gelap dan bus sudah memasuki jalanan berliku dan hampir sampai di tempat mangkalnya Cable Car. Suasana di Genting jam setengah 8 malam itu rada2 creepy karena sepiii banget. Waktu kita ke atas naik lift yang disediakan pun sepi banget, cuman kita berdua. Sebelum kita nyari2 tempat cable car, saya heboh teriak ke suami: “Kak, itu sunset..!” tangan saya nunjuk ke langit bagian barat yang sudah diwarnai jingga di balik bayangan pohon-pohon. Jalan raya di bawah sana pun nampak lengang dengan warna yang sendu. Ambiance kayak gini bikin saya berharap: perjalanan dengan cable car nanti semoga jadi sesuatu yang romantis :D. Harapan yang sejenak setelah saya naik ke cable car nanti saya tertawakan sendiri karena saya baru inget kalau suami saya takut ketinggian -__-“
Setelah terbuai sejenak dengan sunset, kami lalu menuju tempat antrian masuk ke cable car, ternyata antriannya sama sekali nggak ada. Cuma ada rombongan turis dari Cina aka tiongkok yang jumlahnya puluhan di bagian depan. Asli saya baru kali ini bareng sama rombongan turis dari negeri tirai bambu itu dan emang bener ya… berisik banget orang-orangnya. Iya sih bener kalau kita lagi bareng sama temen2 kita yang jumlahnya puluhan orang pasti kita jadi bawel ya, semuanya dikomentarin. Tapi ini asli, tone suaranya tinggi banget, haha.
antrian beli tiket |
antrian masuk cable car |
Suasana di Cable Car di saat sore jelang malam hari buat saya sangat menyenangkan. Kita bisa liat lampu-lampu kota Kuala Lumpur dari bukit dan juga pemandangan bukit yang perlahan menjadi gelap dari atas. Pemandangannya mirip ketika kita liat Kota Bandung dari Punclut atau Caringin Tilu. Tapi memang nggak se-spektakuler di Bandung ya :D. Sunset yang bisa dinikmati pun sebenarnya hanya berupa perubahan warna langit dari jingga hingga gelap. Tapi tetep bagus kok :D
Perjalanan di Cable Car tidak sampai 20 menit. Ketika sampai di Genting Highlands, saya liat pengunjung tidak terlalu ramai di stasiun akhir Cable Car. Setelah jalan-jalan sebentar buat liat2 area yang nampak seperti Mall itu, kami kembali lagi ke stasiun Cable Car untuk pulang ke KL. Sebenarnya saya masih pingin keliling karena masih ada waktu sekitar 1 jam lebih sebelum jadwal bus yang sudah kami beli. Tapi karena suami saya udah ngasih nada “memerintah”, jadi saya nurut aja buat pulang, haha.
Nah, waktu perjalanan turun sama Cable Car nih yang buat saya asik karena ada sensasi “dilempar” ke bawah sama si Cable Carnya. Kita sampe akting teriak2 biar kayak di filem2 :p. ketika cable car sudah sampai di tengah perjalanan, saya hanya bisa mendengar suara serangga kayak di kampung-kampung. Suasananya sepiii banget, Cable Carnya pun jalannya relatif santai dan pelan. Ketika saya iseng liat cable car yang lewat di jalur sebelah (jalur dari bukit sampai ke stasiun awal) ternyata sebagian besar isinya cuma 1-2 orang, bahkan tak jarang cable carnya kosong melompong.
“Kayak di film2 Jurassic Park ya” kata saya ke suami saya yang lagi diem ngeliatin cable car.
“Untung nggak ada hantu ya dimari” kata saya lagi (iya, saya memang suka ngomong2 nggak penting)
“Ada tauk…” kata suami saya. “itu tuh di sana ada putih-putih…” dan dia malah ngajak berantem sama saya -__-
Gara-gara itu saya jadi keingetan sama salah satu buku antologi yang ditulis sama Mbak Trinity dan teman2nya yang isinya pengalaman horror di perjalanan mereka di luar negeri. Saya juga jadi inget sama postingan di grup Backpacker Dunia yang pernah bahas ini -___-“.
Waktu sampai di bawah, kami disambut dengan tempat nunggu bis yang sepi. Asli, cuman kita berdua doang waktu itu. Setelah nunggu beberapa menit, ada 1 orang lewat yang kakinya masih napak di tanah, lalu 3-4 abege yang asik foto2 di tempat gelap =_=. Suasananya rada2 horor gimana gitu, mana udaranya dingin kan karna udah jam 9 malem. Hehehe. Alhamdulillahnya setelah setengah jam, ada beberapa keluarga yang turun dan nunggu bis ke KL Sentral bareng kita. Jam 10 malam, bis yang kami tunggu pun datang. Fyuuh… lega banget waktu kami udah duduk di dalam bis. Sayonara Genting Highlands! :D
Btw, pernah nggak sih kalian ngerasain pengalaman yang rada2 creepy kayak gini? Cerita dongs :D
N.B Beberapa hari setelah kami pulang dari liburan, kami nemu postingan di Facebook yang isinya tentang Cable Car di Genting Highlands dengan dasar (di bagian kaki) transparan, kayak di Hongkong itu lho. Alhamdulillah saya dan suami udah nyobain genting highlands yang lantainya transparan di awal Maret 2017. Nanti saya ceritain setelah selesai nulis cerita ini.
Seru sekali.. Kapan ya, punya kesempatan?
BalasHapusinsyaAllah someday, mbak :D
HapusWiih..serem juga...!:)
BalasHapusKeren bisa backpackeran..Kalao sudah bawa anak dua, susah! Maunya naik dan nginep yang nyaman, kasian anaknya..:D Padahal kangen berpetualang
sekarang udah banyak hostel budget yang family friendly.
Hapustapi kalau sama keluarga harus lebih lama ya liburannya dan temponya harus selow :D
Wah, asyiknya..hihi...saya mah belum pernah jalan2 ke sana :D
BalasHapusUmrah dulu aja kyknya mbak,hahaha
Hapusdi tempat yang awam, suasana sepi rada horor kalau buat akuh. hehehe, tapi enggak ada apa-apa kan? hehee
BalasHapus