Minggu
pagi, setelah menginap dengan kamar tidur yang empuk dan nyaman di
malam hari, kami menikmati sarapan di Hotel Grand Senopati Maliboro yang
terletak tak jauh dari Taman Pintar Yogyakarta. Kami lalu memasuki
mobil dan siap menjelajahi salah satu arsitektur istana Jawa terbaik di
Indonesia yaitu Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Area parkir di sekitar istana tidak terlalu luas, kami parkir di pinggir jalan setelah berputar 2 kali. Tepat di seberang kami, banyak sekali pedagang yang menjual souvenir khas istana dan khas kota Yogya. Sungguh sebuah godaan yang nyata bagi para wisatawan.
Sebelum masuk, saya menuju area kecil di samping pintu masuk keraton yang menjadi lokasi registrasi pengunjung, baik lokal maupun mancanegara. Setiap pengunjung lokal yang masuk ke Keraton harus membayar Rp 7.500,-, sudah termasuk izin untuk memotret di dalam area Keraton. Bapak yang bertugas di meja registrasi selalu menawarkan jasa guide kepada para pengunjung, tips untuk guide pun tidak ditetapkan... yang justru bikin saya bingung mau ngasih berapa. haha.
Saya kalau ke sebuah lokasi wisata bersejarah gak pernah sama sekali pake guide karena saya pikir itu cuman buang duit (baca: gak punya duit). Tapi lagi-lagi karena ini adalah event istimewa, jadi saya minta ada guide yang bisa menjelaskan ke ibu alias Mamak saya tercinta soal Keraton Yogyakarta dan sejarahnya. Pertimbangan lain adalah guide-nya kan pasti ngomongnya campur-campur pakai bahasa jawa, jadi bisa buat temen ngobrol ibuk saya yang nampak bahagia kalau lagi ngobrol bahasa jawa halus gitu, hehe.
Guide yang menemani kami mengelilingi Keraton adalah seorang ibu setengah baya yang berpakaian khas abdi dalem keraton. Di setiap meter kami berjalan ibu guide ini menjelaskan panjang lebar bagaimana sejarahnya.
Pertama-tama kami melihat gedung kuning di sebelah kanan agak belakang balairung istana, yang ternyata adalah bangunan tempat tinggal resmi (official residence) Sultan yang bertahta. Ibu guide juga menjelaskan panjang lebar bagaimana sejarah pendirian Bangsal Kencono, bangunan utama di kompleks keraton yogyakarta yang menjadi tempat untuk berbagai upacara keluarga kerajaan dan acara kenegaraan.
Area parkir di sekitar istana tidak terlalu luas, kami parkir di pinggir jalan setelah berputar 2 kali. Tepat di seberang kami, banyak sekali pedagang yang menjual souvenir khas istana dan khas kota Yogya. Sungguh sebuah godaan yang nyata bagi para wisatawan.
Sebelum masuk, saya menuju area kecil di samping pintu masuk keraton yang menjadi lokasi registrasi pengunjung, baik lokal maupun mancanegara. Setiap pengunjung lokal yang masuk ke Keraton harus membayar Rp 7.500,-, sudah termasuk izin untuk memotret di dalam area Keraton. Bapak yang bertugas di meja registrasi selalu menawarkan jasa guide kepada para pengunjung, tips untuk guide pun tidak ditetapkan... yang justru bikin saya bingung mau ngasih berapa. haha.
Saya kalau ke sebuah lokasi wisata bersejarah gak pernah sama sekali pake guide karena saya pikir itu cuman buang duit (baca: gak punya duit). Tapi lagi-lagi karena ini adalah event istimewa, jadi saya minta ada guide yang bisa menjelaskan ke ibu alias Mamak saya tercinta soal Keraton Yogyakarta dan sejarahnya. Pertimbangan lain adalah guide-nya kan pasti ngomongnya campur-campur pakai bahasa jawa, jadi bisa buat temen ngobrol ibuk saya yang nampak bahagia kalau lagi ngobrol bahasa jawa halus gitu, hehe.
Guide yang menemani kami mengelilingi Keraton adalah seorang ibu setengah baya yang berpakaian khas abdi dalem keraton. Di setiap meter kami berjalan ibu guide ini menjelaskan panjang lebar bagaimana sejarahnya.
Pertama-tama kami melihat gedung kuning di sebelah kanan agak belakang balairung istana, yang ternyata adalah bangunan tempat tinggal resmi (official residence) Sultan yang bertahta. Ibu guide juga menjelaskan panjang lebar bagaimana sejarah pendirian Bangsal Kencono, bangunan utama di kompleks keraton yogyakarta yang menjadi tempat untuk berbagai upacara keluarga kerajaan dan acara kenegaraan.
Balairung utama |
Kami lalu bergerak ke
arah selatan dan berfoto di pintu gerbang yang menghubungkan kompleks
kedhaton. Kami lalu berhenti sejenak untuk melihat remaja dan mahasiswa
seni yang sedang berlatih tari di bangsal Kasatriyan. Uniknya, semua
peserta latihan tari di keraton ini harus sudah berpakaian lengkap
dengan kebaya, kain jarik dan sanggul di rambut untuk perempuan. Ibu
guide juga menjelaskan kalau kebaya, kain dan sanggulnya tidak boleh
sembarangan alias harus mengikuti aturan. Saya nggak ingat aturannya apa
saja karena banyak dan istilahnya bikin saya mumet. haha.
Setelah
10 menit menikmati tarian dan alunan musik dari gamelan, kami kembali
menyusuri komplek istana dan memasuki sebuah bangunan yang menjadi
museum. Di dalam ruangan itu kami melihat foto anak-anak sri sultan dan
juga foto Sri Sultan Hamengkubuwono IX dari anak-anak hingga dewasa. Di
ruangan sebelahnya kita juga bisa melihat pohon keluarga dari semua
keturunan Sri Sultan HB I. uniknya, di bawah setiap pohon keluarga ada
gambar hewan yang berbeda-beda. kata Ibu guide, gambar/lukisan hewan itu
disesuaikan dengan favorit para sultan.
Kami lalu kembali berjalan ke ruangan lain yang isinya adalah barang-barang milik istana dari berbagai macam negara. Sebut saja alat makan, lampu, jam dinding, dan banyak sekali benda-benda lain. Kami menutup perjalanan saat itu dengan berfoto dengan abdi dalem Keraton Yogyakarta.
Kami lalu kembali berjalan ke ruangan lain yang isinya adalah barang-barang milik istana dari berbagai macam negara. Sebut saja alat makan, lampu, jam dinding, dan banyak sekali benda-benda lain. Kami menutup perjalanan saat itu dengan berfoto dengan abdi dalem Keraton Yogyakarta.
Mengelilingi Keraton Yogyakarta dengan bantuan guide ternyata memberikan sensasi yang berbeda dibandingkan dengan jalan-jalan sendirian. Kita bisa bertanya apapun kepada guide yang menyertai kita dan she knows almost everything about Sri Sultan dan pernak-pernik Keraton Yogya. Buat teman-teman yang berwisata di Keraton Yogyakarta bersama pasangan atau keluarga, saya sangat merekomendasikan untuk menggunakan jasa guide agar perjalanannya lebih bermakna dan bisa jadi menumbuhkan rasa cinta pada tanah air. hehe
Ini foto ibu saya yang lagi ngobrol dengan ibu guide sebelum kami pulang dan istirahat siang di hotel.
seneng yah bisa jalan - jalan sambil belajar sejarah juga
BalasHapusiya, teh.
Hapusseru juga ternyata
Terakhir ke Yogyakarta pas honeymoon 2015 tapi nggak sempet mampir ke dalem huhu, nanti pengen pake guide klo kesana😊
BalasHapusgak bakal nyesel teh kalau sama guide ^^
HapusAku kalo ke Keraton gak pernah pake guide, nanti lagi harus coba dengan guide biar sambil belajar.
BalasHapusIya teh uwien, daripada bengong aja waktu liat barang-barang sejarah. ibu/bapak guide bakalan bantu jelasin, hehe
Hapuswah aku belum kesampean kesini nih, semoga tahun depan ada kesempatan mengunjungi tempat ini
BalasHapusaamiin...
HapusMau juga ke Jogja belajar sejarah
BalasHapusyukk...
HapusIbunya tampak seneng banget jalan-jalan ke keraton yogya, keliatan sumringah, terakhir ke Keraton Yogya saat masih kuliah, jadi pengen ke sana lagi
BalasHapusiya, teh rani.
Hapusekspresi di wajah ibuk yang bikin aku semangat buat bawa beliau jalan2 lagi. hehehe.
Keraton Yogya memang selalu jadi favorit. Aku masih penasaran dengan dapurnya, pengen lihat koki istana masak xD
BalasHapuswah emang bisa liat koki istana masak ya?
Hapusaku baru tau dong, teh...
*segera searching
Iya ya..dulu saya kesini hanya sekedar selfi selfi aja xixixi..Sedikit belajar sejarah juga sih tapi ga banyak :D
BalasHapusyuk teh bareng guide keliling keraton :D
HapusWaah senengnya bisa bahagiain ibu. ❤️ Teh, tth istri wicakz bukan? Kyknya wajah suaminya familiar 🤔
BalasHapusiya, teh. saya istrinya wicak, hehehehe.
HapusKenapa tiap kali ke Yogya aku kelupaan mulu mau kesini, waktu itu pernah juga pas barengan temen kantor lama malah tutup hiks belum rejekinya, hehe semoga kalo ada kesempatan bisa ke Keraton :D
BalasHapusTerakhir masuk keraton waktu jaman saya masih sma, pengen deh ajak anak ke sinu
BalasHapusWaaah asyik bgt teh me jogja sm keluarga. Aku sm tmn sekolah dan kantor trus hee
BalasHapus