Setelah gempa di Lombok dan proses recovery yang belum selesai, gempa dan tsunami mengguncang Palu, Donggala, dan Sigi. Foto dan video yang beredar di berbagai kanal media sosial membuat saya trenyuh dan bergidik ngeri akan kuasa Allah. Begitu mudahnya Ia meluluhlantakkan suatu negeri dalam hitungan menit, bahkan detik.
Saya yang tak bisa terjun ke Gempa Lombok karena satu dan lain hal, merasa sangat excited ketika mendapatkan kesempatan buat berkunjung ke Palu. Ini bukan pertama kalinya saya turun ke lapangan dalam kegiatan sosial tapi ini memang pertama kalinya saya benar-benar ke lokasi bencana.
Saya menuju Palu dari Bandara Soekarno Hatta pukul 02.30 WIB. Tidak ada penundaan keberangkatan dari maskapai penerbangan yang saya pilih saat itu. Saya bergegas menuju kabin pesawat melalui gerbang nomor 5 dengan kantuk menggelayuti kelopak mata dan sebuah ransel abu-abu yang tergantung di pundak. Tak banyak yang saya lakukan di penerbangan karena sebagian besar saya habiskan dengan terlelap tidur, 10 menit untuk menghabiskan in flight meals, tidur lagi lalu menikmati matahari terbit di atas awan sebelum mendarat di Bandara Mutiara SIS Al Jufri.
Ransel |
Dua orang relawan menjemput saya di bandara setelah 30 menit menanti bagasi. Saya tidak menyangka akan dijemput karena saya ingin ke basecamp sendirian saja agar tidak merepotkan para relawan yang sudah bekerja siang malam selama beberapa minggu. Tapi saya tentu saja tidak bisa menolak jemputan itu karena ternyata tidak ada taksi resmi di bandara. I was saved by them even before i do anything.
Begitulah, saya sampai di basecamp relawan setelah 30 menit berkendara dan melewati banyak bukti gempa mengguncang Kota Palu. Bangunan hotel setengah jadi yang retak dan hampir runtuh, toko-toko dengan plang identitas yang hilang, tembok setinggi kepala dengan panjang puluhan meter roboh di banyak gang, tenda-tenda pengungsian di depan rumah-rumah indah yang retak. I was left speechless.
Pagi itu saya lihat sebagian relawan dengan seragam oranye di depan masjid sedang menyantap nasi kuning dengan potongan ayam goreng berukuran mini sebagai sarapan. Sebagian lagi terlihat sedang mempersiapkan giat* untuk hari itu.
obat-obatan |
Basecamp relawan perempuan terletak hanya sekitar 2 menit berjalan kaki dari Masjid Jabal Nur. Rumah berdinding kayu itu tidak dikunci, setelah mengetuk pintu perlahan kenop saya putar dan pintu terbuka. Basecamp ini kondisinya tidak jauh berbeda dengan masjid tadi, sebagian besar sudut rumah dipenuhi ransel besar dan koper berisi pakaian minus tumpukan bantuan untuk penyintas** gempa.
Catatan
*Giat: istilah yang digunakan untuk aktivitas yang dilakukan para relawan di lokasi bencana, termasuk di antaranya evakuasi dan penyaluran bantuan.
**Penyintas: istilah yang digunakan untuk mengganti kata "korban" dalam bencana, serapan bahasa indonesia dari kata survivor dalam bahasa inggris.
CMIWW
Subhanallah sangat menginspirasi semoga saudara2 kita kembali bangkit ya teh, aamiin
BalasHapusaamiin.
HapusinsyaAllah mereka adalah orang-orang kuat, teh sandra...
MasyaAllah ... Semoga keadaan segera membaik.
BalasHapusaamiin
HapusTeh keren bgt bisa jd relawan... Nnt mau japri ya ke tth klo suatu saat nnt aku bisa jd relawan
BalasHapusinsyaAllah nanti aku tulis gimana caranya jadi relawan, teh. :D
HapusTeh biar bisa jadi relawan kayak gitu gimana caranya?
BalasHapusinsyaAllah nanti aku tulis ya teh gimana caranya, hehehe
HapusSemoga Allah membalas kebaikan Teteh d teman-teman relawan lain ya
BalasHapusaamiin ya Allah.
HapusRelawan adalah salah satu pahlawan tanpa tanda jasa di negeri ini dan seluruh dunia
Hebat turun tangan langsung di sana, teh :)
BalasHapusalhamdulillah dikasih kesempatan, teh
HapusIni pasti pengalaman paling berkesan ya teh. Semoga diberi ketabahan yang luas buat semua masyarakat yang terkena gempa di Palu. Semoga Allah selalu melindungi kita semua. Aamiin.
BalasHapusSubhanallah, salut banget sama teh ncuss yang terjun langsung ke lokasi terjadinya gempa di Palu, semoga lancar kegiatan para relawan di sana
BalasHapusTeh, nanti sharing ya gimana cara jadi relawan, skill apa aja yang dibutuhkan, dll. Saya kepengin juga jadi relawan.
BalasHapusmasya allah teh meni keren pisan, saya bangga liatnya. Haru banget.
BalasHapusWah seneng ya bisa jadi relawan tatkala gempa.
BalasHapusThanks sharingnya, jadi kepinginnn ...
Wah senengnya bs ikut membantu secara langsung..pasri jd pengalaman yg luar biasa...
BalasHapusPasti pengalaman berkesan & penuh hikmah banget bisa jadi relawan yg terjun langsung ke area bencana ya Teh. Semoga keadaan cepat pulih disana
BalasHapusSaya bisa merasakan haru birunya perasaan Teteh sebagai relawan di sana. perasaan yang ga bisa dilukiskan dengan kata-kata. Semoga para penyintas gempa Palu Donggala dari hari ke hari semakin tegak berdiri dan kokoh melangkah..
BalasHapus