Episode: Kabupaten Sigi
Hari kedua dan ketiga saya kembali menyusuri jalan aspal yang retak dan tidak rata. Dua hari itu saya gunakan untuk ikut penyaluran di Kabupaten Sigi. Lagi-lagi ada pengalaman baru yang saya dapatkan, khususnya di hari ketiga, yaitu menjadi bagian dari Dapur Umum untuk para penyintas Bencana Gempa.
Gunung dan Sawah di Sigi. Indah ya ^^ |
Saya bersama Bapak Richard Tampi (Head of Division External Relation PT Adaro) dan Bapak Heri Nurzaman didampingi relawan |
Dapur umum terletak di bagian belakang, area yang tadinya luas ternyata jadi terasa sempit saat sekitar 10 orang ibu dari sekitar lokasi dapur umum untuk membantu memasak. Saya, setelah membantu memastikan bagian luar dapur umum (yang juga adalah bagian luar dari rumah adat) bersih dan layak untuk dikunjungi donatur, ikut bergabung bersama ibu-ibu untuk membantu.
Di dapur ini saya membantu mengupas kulit telur rebus yang nantinya akan diolah menjadi telur balado. Puluhan kilogram telur dikupas oleh 3 pasang tangan orang dewasa dan bantuan 1 pasang tangan mungil dari anak usia 9 tahun yang selalu tersenyum tipis. Setelah itu kami membantu membuka puluhan kaleng rendang instan menggunakan pisau. Pekerjaan yang saya lakukan saat itu sangat sederhana, bahkan bisa jadi tidak berdampak banyak, tapi saya merasa sangat bahagia dan seketika seluruh sel dalam tubuh saya beraura positif. Tidak ada kekhawatiran yang tersisa, tidak ada pikiran mengenai saldo tabungan, tidak ada pikiran soal cicilan rumah yang masih 6 tahun, bahkan soal nanti akan pulang ke basecamp jam berapa pun tidak terlintas sedikitpun :D.
asisten pengupas telur |
Jika saya gambarkan, dapur umum itu adalah sebuah organisasi kecil dari orang-orang hebat dengan kerja luar biasa. Tak hanya panas dari tungku dan kompor yang harus dihadapi tapi juga panasnya Kabupaten Sigi yang terasa membakar diam-diam tapi keringat membanjiri dada dan punggung. Saya kira hanya saya saja yang kepanasan sampai saya ber-istighfar berkali-kali, tapi ternyata ibu-ibu asli Kotarindau ini pun merasakan hal yang sama: kepanasan luar biasa. Tapi semua itu tidak menghalangi kontribusi mereka untuk (bisa dikatakan) negeri ini: memberikan makanan untuk para penyintas gempa bumi.
Saya dan beberapa relawan akhirnya berinisiatif untuk membuat es buah untuk menyegarkan tubuh semua relawan dan juga ibu-ibu hebat itu. Kebetulan saat itu ketika kami sedang memotong-motong buah untuk donatur, ada beberapa melon yang belum matang sempurna, semangka yang kurang bagus jika disajikan untuk donatur, dan pepaya yang manis yang belum tersentuh. Kami memutuskan untuk mengolah semuanya menjadi es buah. Sontak semua orang yang tau apa yang sedang kami kerjakan merasa sangat senang dan excited. Kami juga jadi semakin semangat XD
Setelah sekitar 20-25 menit memotong buah, menggeprek es batu, mencampurkan susu dan sirup akhirnya Es buah tersaji dalam toples plastik berukuran besar. Tidak menunggu lama, semua es buah habis tak bersisa kami bagi-bagikan untuk semua orang di dapur umum. Ibu-ibu yang sedang membungkus makanan, ibu-ibu yang berjibaku dengan kompor, hingga relawan yang akan menyalurkan nasi, lauk pauk dan buah ke para penyintas bencana mendapatkan bagian. Di siang yang terik itu dapur umum terasa sejuk karena senyum dan tawa para relawan di sana.
Tim Packing Nasi Bungkus |
Terima kasih, Sigi.
Saya di depan Rumah Adat, di sebelah kanan terlihat tumpukan bantuan :D |
Keren... selalu salut sama yang mau merelakan waktu, tenaga, dan kemampuan lain untuk sesama.. barakallah
BalasHapusiya, teh. saya yang cuman 3 hari di sana juga udah ngerasain banget gimana kerennya para relawan.
Hapusaamiin, barakallah buat semua relawan di daerah Bencana.
Masya Allah . . .pengalaman yang sangat berharga..
BalasHapusItu gunungnya indah subhanallah, makasih sharingnya teteh solehat
BalasHapusKeren banget pengalamannya bisa jd relawan bencana dan turut menghibur mereka agar kembali bangkit insyaallah pengorbanan tth berbuah manis ya teh. Aamiin
BalasHapusDuh hebat pisan. .
BalasHapusKebayang saya yang ga tahan panas kalo harus berjibaku di sana
Tapi luruh oleh tekad membantu ya?
Pengalaman yg ga akan terlupakan ta ncuus..
BalasHapusGunung sama sawahnya masyaallah indah banget. Dan Teteh juga keren ih, makasih udah sharing pengalamannya jadi relawan :)
BalasHapusSubhanallah Teteh. Semoga Sigi segera pulih kembali
BalasHapusteteh masyaAlloh keren bangets pengalamannya berharga beneran bisa ilangin semua cicilan n saldo tabungan ya teh hehehe
BalasHapusWow luar biasa. Senang masih ada kerja sama/ gotong royong dlm suatu musibah. Salam bangga utk semuanya, relawan dan juga teh ncuss. Love yu all 😅
BalasHapusKagum deh sama semangatnya para relawan, kebayang sih gimana gerahnya masak di dapur umum. Keren sekali Teteeeh!
BalasHapusWah keren ih...suka pengen ikut acara2 bantu korban kyk gini juga...biar ngelembutin hati..
BalasHapusPengen banget suatu hari nanti jadi relawan. Mungkin jika anak 3 sudah mulai mandiri dan bisa ditinggal
BalasHapusKegiatan sederhana, tp jd pengalaman yg berkesan bgt ya
BalasHapusWaah keren teh bisa menyempatkan waktunya untuk jadi relawan. Dan pasti rasanya bahagia sekali ya bisa membantu membahagiakan mereka di sana.
BalasHapusPengalamannya keren , ini akan sangat inspiratif kelak diceritakan sama anak cucu
BalasHapusBaca tiga postingan Teteh makin kagum sama Teteh dan para penyintas juga relawan. Kuat dan tabah terus semuanya
BalasHapus*peluuuk
sungguh pengalaman berharga bisa membantu orang-orang di sana..
BalasHapuswqeew
BalasHapus