Kedua kalinya menginjakkan kaki di Sulawesi Tengah, akhirnya saya dapat mencicipi Kaledo atau Kaki Lembu Donggala. Sebuah makanan khas dari tanah yang sempat diguncang tsunami 2 tahun lalu.
Kaledo tepatnya adalah makanan khas masyarakat Donggala, sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Sulawesi Tengah. Makanan ini mirip dengan sup buntut, bedanya tulangnya dari kaki lembu. Yang uniknya lagi, kaledo ini dinikmati bukan dengan nasi melainkan dengan SINGKONG.
Saat itu kalau tidak salah ada sekitar 8 orang dan dua orang di antaranya adalah CEO (Chief Executive Officer) dan CPO (Chief Program Officer) kantor saya. Tepat seperti dugaan Saudara semuanya, saya dan 3 kroco lainnya datang buru-buru ke sini karena mengendus aroma traktiran dari bos besar. Maklum, kami adalah rakyat jelata yang meyakini bahwa makanan gratis merupakan anugerah dari Allah SWT bagi kaum yang rela puasa untuk dapat bertahan hidup di akhir bulan. Haha.
Di meja makan restoran ini pun disediakan sedotan yang dilapisi kertas agar higienitasnya terjamin.
Seperti yang sudah saya sampaikan di atas, kaledo dinikmati dengan ubi (lazimnya singkong). Sebagai local food explorer saya tentu saja menikmati kaledo seperti layaknya penduduk asli Donggala. Namun sebelum itu, seperti yang selalu saya lakukan, saya pasti mencicipi kuah terlebih dahulu. Rasanya gurih, ada aroma khas lembu tapi tidak begitu mengganggu buat saya karena saya pada dasarnya adalah omnivora.
Saya lalu memakan kaledo secara lengkap: dalam satu suapan saya bisa melahap potongan singkong, kuah kaledo, dan tentu saja sekerat daging yang cukup besar di mangkuk. Dagingnya empuk dan kenyal (karena ada bagian gajihnya), gurih di kuahnya, dan tekstur singkong yang mempur (kosakata bahasa jawa. I don’t know the exact word in Bahasa or English. Intinya singkongnya itu matang sempurna, empuk dan… apa ya.. mempur gitu lho… bingung gue mendeskripsikannya, haha).
Rasanya benar-benar berbeda dengan sup iga, tapi berada pada level enak yang kurang lebih sama. Enak!!! Tak menunggu lama, kaledo dalam mangkuk bakso itu tandas dalam 10 menit. Meski hanya dengan singkong, rasa kenyang yang saya rasakan bisa bertahan hingga malam hari.
Saya mengapresiasi kaledo karena sangat lokal, eksentrik, dan sangat mendukung kampanye diversifikasi makanan karena mengganti nasi dengan singkong.
Apa itu Kaledo?
Kaledo adalah akronim dari Kaki Lembu Donggala. Ya, makanan ini memang benar-benar berasal dari KAKI LEMBU atau KAKI SAPI. Untuk sebagian orang, makanan sejenis ini bisa jadi kurang cocok. Entah karena penampakan yang rada brutal atau mungkin rasanya yang berlemak.Kaledo tepatnya adalah makanan khas masyarakat Donggala, sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Sulawesi Tengah. Makanan ini mirip dengan sup buntut, bedanya tulangnya dari kaki lembu. Yang uniknya lagi, kaledo ini dinikmati bukan dengan nasi melainkan dengan SINGKONG.
singkong closeup |
Rekomendasi Restoran Kaledo
Saya menikmati kaledo di salah satu rumah makan cukup terkenal di Kota Palu. Nama restorannya adalah Rumah Makan Kaledo Abadi yang terletak di Jalan Diponegoro No. 75 Kota Palu (nomor telepon 081354530529). Saya makan siang di sana bersama rekan kantor yang sedang sama-sama melakukan perjalanan bisnis di Kota Palu selama beberapa hari.Saat itu kalau tidak salah ada sekitar 8 orang dan dua orang di antaranya adalah CEO (Chief Executive Officer) dan CPO (Chief Program Officer) kantor saya. Tepat seperti dugaan Saudara semuanya, saya dan 3 kroco lainnya datang buru-buru ke sini karena mengendus aroma traktiran dari bos besar. Maklum, kami adalah rakyat jelata yang meyakini bahwa makanan gratis merupakan anugerah dari Allah SWT bagi kaum yang rela puasa untuk dapat bertahan hidup di akhir bulan. Haha.
Review Kaki Lembu Donggala
Kaledo disajikan di dalam mangkuk bakso berwarna putih, lengkap dengan sepasang sendok dan garpu serta pisau kecil. Penampilan yang sangat menarik dan asing buat saya yang baru pertama kali terekspos makanan bernama kaledo.Kaledo, Kaki Lembu Donggala |
close up: dagingnya banyak! |
Di meja makan restoran ini pun disediakan sedotan yang dilapisi kertas agar higienitasnya terjamin.
Saya kira sedotan itu untuk minuman saja, ternyata tidak!Sedotan itu digunakan untuk menyedot sumsum di bagian kaki lembu yang akan kita makan. Makanan bersumsum yang pernah saya makan adalah sup iga yang memang bagian sumsumnya bisa disedot. Tapi kaledo ini memberikan vibe yang berbeda setelah sedotan (yang biasa kita pakai untuk menyedot teh botol) kita letakkan di tengah-tengah rongga tulangnya.
Saya lalu memakan kaledo secara lengkap: dalam satu suapan saya bisa melahap potongan singkong, kuah kaledo, dan tentu saja sekerat daging yang cukup besar di mangkuk. Dagingnya empuk dan kenyal (karena ada bagian gajihnya), gurih di kuahnya, dan tekstur singkong yang mempur (kosakata bahasa jawa. I don’t know the exact word in Bahasa or English. Intinya singkongnya itu matang sempurna, empuk dan… apa ya.. mempur gitu lho… bingung gue mendeskripsikannya, haha).
tinggal sedikit |
Rasanya benar-benar berbeda dengan sup iga, tapi berada pada level enak yang kurang lebih sama. Enak!!! Tak menunggu lama, kaledo dalam mangkuk bakso itu tandas dalam 10 menit. Meski hanya dengan singkong, rasa kenyang yang saya rasakan bisa bertahan hingga malam hari.
Saya mengapresiasi kaledo karena sangat lokal, eksentrik, dan sangat mendukung kampanye diversifikasi makanan karena mengganti nasi dengan singkong.
Harga Kaledo
Untuk satu mangkuk kaledo, kita harus merogoh 60-65 ribu rupiah. Memang termasuk mahal untuk sebagian orang, tapi menurut saya cukup layak untuk pengalaman menikmati makanan lokal yang eksentrik dan dengan porsi yang besar seperti kaledo ini.Local Food Explorer,
Susie Ncuss
www.travelndate.com
ya ampon, saya susah makan lembu, kambing, atau sapi gitu-gitu :'
BalasHapustapi kok sepertinya ena banget ya ya ampon
Mungkin kalau di sini mirip dengan sup kaki ya. Walaupun kaki lembu tapi kalau sudah diolah bisa jadi makanan yang enak begini ya. Kalau di sini aku belum pernah dengar ada kaledo
BalasHapushihii..ku masih membayangkn Kaledo dimakan sama singkong, enaknya sama nasi panas ncuus yaa. Trus cuci mulutnya singkong, halagh..
BalasHapusya ampun seger banget dong itu kuahnya, apalagi pedes panas ya mba, dimakan siang hari hmm makin lahap deh makannya.
BalasHapuswaaa kepo baget sama makanan satu ini, aku baru denger nih kata kaledo, jadi makin penasaran pengen cobain, tapi di bandung ada nggak yaaa huhuhu
BalasHapusYa Allah, liat gambarnya aja udah ngiler Mba. Aku ini doyan banget sama masakan Sulawesi soalnya, sampe beli buku resepnya. Tapi kalo kaledo kayanya emang harus beli ya, takut failed kalo bikin sendiri hehehe
BalasHapusSedotan digunakan untuk menyedot sumsum di bagian kaki lembu .... ini hal yang dinikmati sebagian orang nih. Jadi ingat saya waktu kecil suka nyedot sumsum tulang ayam, kayak ada sensasi tersendiri :D
BalasHapusWah belum pernah kesana. Di Jogja pun belum ada menu tersebut. Biasanya orang daerah suka bikin resto makanan daerah asal di Jogja. Ini kok belum ada. Padahal kayaknya lezat banget. Kami suka menu2 daging.
BalasHapusHarga makanannya mahal karena emang ada sumsum nya itu yang jadi mahal. Di semarang sop kaki kambing pun harganya sekitar 60 - 70 ribu.
BalasHapusAku belum pernah makan kaledo kaki lembu ini, unik juga teman makannya sama singkong
Aku baru tau tentang masakan kaledo ini, sepertinya enak, segeer. Apalagi makannya pakai singkong. Aku juga suka singkong yang mempur, empuuk.
BalasHapusMempur itu kata lainnya pulen kali ya? Hehehe...
BalasHapusKaledo ini sangat disukai juga oleh suami saya lho. Suka banget sama tukang kaki sapi, kambing atau lembu. Emang bagia sebagian orang mungkin kok makan kaya gitu? Tapi buat yang suka, wuih enak banget loh ya...
wadaawww, mon maaf mba aku ga bisa re-cook resepnya hahaa karena aku ga bisa masak yang masih berbentuk gitu, makanya selama ini ga bisa makan kikil dan sebangsanya hiks
BalasHapusBelum pernah makan tapi sering lihat di televisi juga sering banget dengar cerita nikmatnya makan kaledo saat berkunjung ke Donggala.
BalasHapusAku penasaran banget sama Kaledo ini kayaknya gurih ya dan banyak rempahnya, enak nih makan sama nasi anget hehe.
BalasHapusIga?
BalasHapusAtau skengkel?
Biasanya makan daging kalau musim kurban aja, hahaha...beneran mahal dan serumah yang suka daging cuma aku.
Tapi kalau ada yang masakin kaledo, aku dan suami juga doyaaann...
Secara nyesep-nyesep tulang buat nyari embul-embul putihnya ini yang sadaaapp pissan...
Seumur hidup belum pernah coba makan kaki lembu ini sepertinya enak, kapan kapan deh hunting kuliner setelah wabah Corona berlalu
BalasHapusKalau ini bukan "kaki-kakian" pasti aku lahap deh hahaha pdhl keliatan enak bgt yaaa
BalasHapus