PERJALANAN UMROH 2022: 3 HARI DI KOTA MADINAH

25 komentar

Umroh berada pada 3 destinasi perjalanan tertinggi untuk saya, kedua setelah pergi haji tentunya. Seharusnya saya pergi umroh bersama suami dari Bandung pada bulan Maret 2020. 

Akan tetapi tepat 1 pekan sebelum kami berangkat, pemerintah Indonesia mengumumkan Covid-19 sebagai pandemi di Indonesia dan seluruh perjalanan ke luar negeri praktis ditutup, termasuk umroh.


Saya saat itu tidak bereaksi berlebihan, kecuali hanya “Oww.. nggak jadi umroh ya. Ya udah deh…” and life went on sampai akhirnya kami mendapatkan kabar akan berangkat pada Agustus 2022. 


Penerbangan kami waktu itu adalah penerbangan pertama Garuda Indonesia Airlines dari Indonesia menuju mekah setelah musim haji. It was fascinating :)


UMROH 9 HARI: 2 HARI PERJALANAN, 3 HARI DI MADINAH, 4 HARI DI MEKAH

Secara umum umroh 9 hari pasti terdiri dari 2 hari perjalanan pulang dan pergi, 3 hari (sebenarnya 2,5 hari ya…) di Madinah dan 4 hari di Mekah. Hal ini umum dilakukan oleh semua biro travel umroh di Indonesia. Kecuali kalau kita umroh backpacker alias sendiri aja.


Tulisan ini akan berbagi tentang perjalanan dan saat 3 hari di Kota Madinah.

pengalaman umroh 2022


Perjalanan Dari Bandung Ke Bandara Soekarno Hatta

Kami berkumpul sekitar pukul 4 pagi di Jalan Soekarno Hatta, Bandung. Harusnya kami berangkat pukul 5.00 WIB atau maksimal pukul 05.30 WIB, akan tetapi karena satu dan lain hal (seperti “layaknya” perjalanan di mana pun) kami berangkat baru di pukul 6 pagi. hehe. 


Singkatnya kami menempuh perjalanan sekitar 4 jam dari Bandung ke Bandara Soekarno Hatta, tepatnya di Terminal 3 Ultimate. 


Tulisan mengenai perjalanan kami dan bagaimana pengalaman kami terbang bersama Garuda Indonesia kelas ekonomi bisa dibaca lengkap di sini.


KOTA MADINAH, DAY 1

Kami sampai di madinah pukul 10 malam atau 22.00 waktu setempat. Setelah turun dari pesawat, kami menuju imigrasi untuk ngecap paspor kemudian turun ke bawah menuju area parkir bus di luar bandara.

bandara madinah di malam hari
Kami tidak langsung pergi ke hotel karena kami harus menunggu handling koper oleh pihak travel. Kalau tidak salah kami menunggu sekitar 1,5 jam di area parkir.  


Saat itu sedang full moon di Kota Madinah, bulan nampak lebih besar dibandingkan biasanya ketika kami di Indonesia. Suasana tempat parkir pun nampak sangat ramai dengan banyaknya jamaah umroh dari banyak negara, tapi didominasi oleh orang Indonesia.

Prince Mohammad airport

Toilet Di Luar Bandara Madinah

Meskipun sudah bolak-balik ke toilet saat di pesawat, saya tetap kebelet buang air kecil saat sudah di luar bandara. Apalagi kami harus menunggu koper cukup lama. Saya dan salah satu teman akhirnya mencari toilet di luar area bandara atau di sekitar area parkir. 


Saat itu tidak ada tanda yang menunjukkan arah toilet, agak bingung juga sih. Tapi akhirnya saya bergerak ke arah Masjid Bandara Madinah saja karena pasti ada toilet di situ entah di mana.


Alhamdulillah ada akhi-akhi petugas bandara yang tepat berpapasan dengan saya dan saya segera bertanya ke beliau: 

“Hei, i’m sorry, can you speak English?”

“Yes, sure”

“Is there any toilet around here?”

“Yeah, just walk straight and the toilet will be on the right side”

“Thank you…”


Saya dan teman saya segera berjalan cepat menuju arah yang ditunjukkan. 

Toilet ini adalah fasilitas dari masjid yang buka 24 jam. Toilet dan area wudhu pastinya terpisah antara laki-laki dan perempuan. 

toilet dan masjid di bandara madinah
Yang menarik, lampu di toilet dan area wudhu diaktifkan dengan sensor gerakan manusia. jadi kalau kita dalam posisi diam, misalnya sedang memperbaiki hijab atau cuma ngeliatin muka di kaca, lampu akan otomatis mati. Jadi pastikan tetap bergerak dalam 10 detik, hehe



PERJALANAN DARI BANDARA KE HOTEL AL MADINAH HARMONY, KOTA MADINAH

Kami akhirnya berangkat menuju hotel kami di Madinah yaitu Hotel Al Madinah Harmony yang terletak di King Faisal Rd, Bada'ah, Medina.


Perjalanan hanya membutuhkan waktu kurang dari 30 menit. Saya waktu itu merasa sangat mengantuk dan ingin istirahat saja. Akan tetapi tidak bisa dilakukan karena muthawwif yang mendampingi kami terus saja berbicara menggunakan speaker yang disediakan.


Saran saya ya, baiknya muthawwif itu cukup memimpin doa saat menjelang masuk ke area pusat kota atau dekat dengan masjid Nabawi saja. Agak percuma menjelaskan ada apa di kanan kiri karena suasana gelap dan otak sudah tidak connect karena lelah sepanjang perjalanan.


Saat tiba di hotel, kami tidak bisa langsung masuk ke kamar karena ada proses pengambilan kunci kamar sesuai dengan tipe kamar yang dipilih. Saya dan suami waktu itu memang meng-upgrade fasilitas umroh menjadi Double Room yaitu 1 kamar berdua saja.


Alhamdulillah hampir 1 jam kami menunggu di lobi hotel yang tidak terlalu luas itu, kami akhirnya bisa masuk kamar untuk beristirahat.


Drama Koper 

Meskipun kami sudah masuk ke kamar, koper kami belum bisa ikutan masuk. Jadi kami belum bisa mandi, berganti pakaian dan istirahat sejenak sebelum berangkat ke Masjid Nabawi untuk sholat qiyamul lail.


Sekitar pukul 2, akhirnya koper saya dan suami sudah lengkap. Kami bisa bersih-bersih dan istirahat sebentar.


MASJID NABAWI DAN KEISTIMEWAANNYA

Saya dan suami berangkat ke Masjid Nabawi sekitar pukul 3.30 pagi waktu setempat. Waktu subuh di Madinah adalah sekitar pukul 4.35 sehingga masih cukup banyak waktu untuk sholat malam dan ibadah lain di sana.


Saat itu Masjid Nabawi surprisingly terlihat lengang, tidak begitu banyak jamaah baik di luar area masjid maupun di bagian dalam. Mungkin karena waktu itu kami termasuk rombongan pertama (bersama dengan rombongan pertama lain dari berbagai belahan dunia) yang landing di Madinah untuk umroh.


Saya waktu itu terharu ketika menginjakkan kaki di pelataran masjid nabawi karena ini adalah impian selama 30 tahun hidup saya. 


Pintu Masuk Masjid Nabawi 

Jamaah laki-laki dan perempuan setau saya memiliki pintu khusus untuk memasuki masjid Nabawi. 


Saya terbiasa masuk melalui pintu nomor 25 dan 26 yang terletak persis di seberang toilet perempuan nomor 226. Dari pelataran masjid hingga pintu masuk ini kita harus berjalan sekitar 1-2 menit (tergantung kecepatan jalan kaki).

pintu khusus perempuan
Saat masuk, tas semua jamaah perempuan akan diperiksa terlebih dahulu oleh petugas yang siap siaga di setiap pintu masuk. Barang yang tidak boleh dibawa ke dalam masjid adalah makanan. Mungkin karena akan berpotensi mengotori tempat sholat. 


Suasana Di Bagian Dalam Masjid Nabawi

Saat memasuki masjid, di bagian kanan akan ada rak sepatu dan sandal yang tinggi. Setelah berjalan sekitar 15 langkah, kita akan melewati “lorong” yang dipenuhi dengan dispenser air zam-zam yang berjajar di kanan dan kiri. 


Biasanya saya akan mengisi penuh botol air minum dengan air zamzam untuk diminum saat di dalam masjid. Saat selesai sholat, saya juga akan mengisi kembali botol dengan air zamzam untuk diminum di hotel. 


Sehingga hampir 24 jam saya dan suami minum air zamzam selama di Madinah.


Tips untuk menjaga kesehatan kerongkongan/tenggorokan saat umroh dan haji adalah pilih dispenser air zamzam dengan tulisan NOT COLD alias bersuhu normal cenderung hangat. 


Hal ini penting karena kalau kita selalu minum air dengan suhu dingin (mirip air kulkas) maka tenggorokan kita akan terasa kering, gatal dan lebih mudah batuk.

bagian dalam masjid nabawi
Bagian dalam tempat sholat perempuan terlihat lengang saat itu. Sebagai jamaah newbie alias pertama kali masuk ke Masjid Nabawi saya saat itu agak ragu menentukan mau sholat di sebelah mana. 


Oleh karena itu saya memilih sholat di bagian manapun yang pertama kali saya lihat, yang ternyata saya baru sadar kalau bagian tersebut adalah tempat paling belakang ketika saya kembali ke masjid keesokan harinya.


Saya juga baru sadar keesokan harinya kalau di bagian depan tidak begitu ramai sehingga pada kesempatan berikutnya saya pasti langsung menuju barisan pertama saja.


Masjid Nabawi sangat nyaman untuk menunaikan sholat, baik fardhu maupun sunnah. Suasananya seperti memeluk para jamaah untuk berlama-lama di sana. Karpet yang tebal, lembut dan wangi membuat saya sangat mencintai masjid ini.


KUBAH MASJID YANG TERBUKA SAAT SYURUQ

Masjid Nabawi memiliki atap rata dengan 27 kubah yang dapat digeser. Kubah bergeser yang dapat terbuka secara otomatis dirancang oleh arsitek Jerman Mahmoud Bodo Rasch beserta firmanya Rasch GmbH dan Buro Happold.


Saat tengah malam keesokan harinya, saya dan salah satu temannya saya kembali mencari posisi di bagian depan dan dekat dengan kubah. Setelah sholat subuh, kami berdiam di masjid menunggu waktu syuruq. Tujuan kami tentu untuk sholat syuruq dan menyaksiskan atap masjid bergeser, seperti membiarkan cahaya Ilahi masuk ke dalam masjid.


Ternyata benar, sekitar pukul 6 pagi atap masjid perlahan bergeser. Suara yang ditimbulkan tidak berisik bahkan cenderung seperti suara mesin yang pelan. Cahaya lampu di dalam masjid Nabawi seperti tenggelam dengan terangnya cahaya matahari yang mulai terbit di ufuk timur.

kubah masjid nabawi saat syuruq
Saat atap bergeser, kebetulan saya sedang berbaring untuk meluruskan punggung sehingga saya bisa menikmatinya dengan lebih nyaman (karena sambil rebahan, haha).


Payung Masjid Nabawi Terbuka Otomatis

Payung di pelataran masjid nabawi pun terbuka secara otomatis saat waktu syuruq. karena itu kita sebagai jamaah akan mengalami dilema: mau menyaksikan atap masjid bergeser di dalam masjid atau melihat payung di pelataran perlahan terbuka? 


Kedua hal tersebut terjadi dalam waktu yang bersamaan, jadi kita harus milih salah satu. Agak sedih, tapi namanya juga hidup… hehe


Toilet dan Tempat Wudhu Di Masjid Nabawi

Saya adalah salah satu orang yang aktif ke toilet untuk buang air karena saya banyak minum air, yang tentunya wajar ya…  karena itu yang saya khawatirkan pertama kali saat umroh adalah ada di mana toilet dan tempat wudhunya???


Alhamdulillah posisi toilet dan tempat wudhu terletak dekat dari pintu masuk masjid untuk perempuan. Kurang lebih jalan kaki dari barisan/shaf shalat paling depan sampai ke depan pintu toilet memakan waktu kurang lebih 2 menit. Lumayan… :D


toilet perempuan di masjid nabawi
Toilet di masjid nabawi ada 2 tipe yaitu duduk dan jongkok. Saya lebih nyaman menggunakan toilet jongkok karena saya kurang yakin dengan kebersihan toilet duduk. 


Tidak ada tisu yang disediakan di bagian dalam toilet karena itu harus siap tisu di tas masing-masing.


Area wudhu terletak mengelilingi area toilet sehingga mudah diakses. Yang unik, tempat wudhu di semua masjid di Mekah dan Madinah memiliki tempat duduk. 


Awalnya saya merasa rada aneh, tapi kemudian saya merasa sangat bersyukur dengan formasi tempat wudhu seperti ini karena bisa jadi tempat mengistirahatkan betis dan paha setelah jalan kaki dari hotel dan di area masjid.


YANG DILAKUKAN SAAT DI KOTA MADINAH

Berdasarkan itinerary umroh dari agen travel umroh, berikut adalah agenda kami:

  1. Mengunjungi Rawdhah di hari kedua di Madinah yaitu pada pukul 9 malam. Agenda ini berubah menjadi pukul 8.30 di pagi hari.
  2. Ziarah dengan berkeliling di masjid Nabawi. Agenda ini gagal total karena perubahan agenda Rawdhah. 
  3. City Tour di sekitar Kota Madinah di hari ketiga.

Jika tidak ada jadwal yang ditentukan oleh travel umroh, misalnya city tour atau ke raudhah, aktivitas saya hanya dari hotel ke masjid dan balik lagi ke hotel. Begitu seterusnya sampai jadwal kami umroh ke Kota Mekah. 


Saya dan suami kalau tidak salah hanya dua kali berjalan sebentar di pusat perbelanjaan yaitu Supermarket Bin Dawood untuk melihat-lihat barang apa yang bisa dibeli untuk dijadikan oleh-oleh. Oleh-oleh tersebut kami beli di Kota Mekah, bukan di Madinah.


Tulisan berikutnya akan bercerita saat kami ke Rawdhah dan City Tour.

See you there :) 

susie ncuss
a Devoted Wife who is addicted to Traveling, Halal Food, and Good Movies.
Contact
Email: emailnyancuss@gmail.com
Click http://bit.ly/travelndate to chat me via whatsapp

Related Posts

25 komentar

  1. MasyaAllah..


    Rindu bertalu² utk bisa laksanakan Umroh lagiii. Pengin bgt umroh sekeluarga tahun depan.
    Semoga Allah ijabah doa kami

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin...
      semoga saya sekeluarga juga bisa menunaikan umroh lagi tahun depan ^^

      Hapus
  2. Alhamdulillah ya mba, sudah mengunjungi Baitullah. Semoga aku juga bisa kesana suatu saat nanti bersama keluarga. Aamiin

    BalasHapus
  3. Selamat yaa, Mba, akhirnya bisa menunaikan ibadah umroh setelah sempat tertunda karena pandemi. Ahh, menginjakkan kaki di tanah haram adalah impian saya juga, semoga saya pun bisa berkesempatan berkunjung ke sana, amiiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, rasa rindu akhirnya terbayar lunas :D

      aamiin..

      Hapus
  4. Membaca tulisan Kak Susie ini, aku berasa diajak ke Madinah juga nih. Dan jadi punya gambaran di sana gimana dan kalau umroh pakai travel gimana.

    BalasHapus
  5. Saya sama kayak Mbak Ncuss ... sering bolak-balik pipis huhu ... alhamdulillah ya petugasnya bisa berbahasa Inggris dan bisa segera menemukan toilet. Bagusnya pula tempat wudhunya terpisah antara laki dan perempuan. Kalau di Indonesia biasanya digabung.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihi...
      insyaAllah mudah ke toilet dan tempat waktu kalau di Madinah, mbak.

      Hapus
  6. Barakallah telah berbagi cerita perjalanan umrohnya selama di Madinah mba.
    Jadi info tambahan bagi yang akan berangkat umroh dalam waktu dekat.

    BalasHapus
  7. wah serunya membaca perjalanan wisata rohani mbak dan suami ke Mekah, di tunggu postingan selanjutnya mba

    BalasHapus
  8. Masya Alloh, selalu seru mendengar cerita Umroh, semoga saya dan suami bisa umroh bareng juga suatu saat nanti dan merasakan berbagai keajaiban dan keberkahan di Tanah Suci

    BalasHapus
  9. MashaAllah~
    Perjalanan umroh pertama pasca pandemi yaa, teh..
    Semoga mabrur dan kembali lagi untuk beribadah di rumah Allah dan napak tilas kehidupan tanah kelahiran Rasulullah sholallahu 'alaihi wa ssalam

    BalasHapus
  10. Baca artikel ini jadi ingat saya malah sama sekali belum menuliskan pengalaman saat umroh yang lalu di blog hiks... padahal udah semangat nyatet selama perjalanan. Terima kasih mba, tulisanmu membangkitkan kembali kerinduan untuk ke sana lagi dan sesegera mungkin menuliskan catatan pribadi di blog.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ini juga hasil dari memaksa diri utk nulis, mbak..
      kalau gak dipaksa, kayaknya sama dengan perjalanan lain, cuma sampe bab niat, heuu

      Hapus
  11. Aih lihat ini jadi kangen banget, inget terus saat dipaksa ngimamin rombongan saat tiba di masjid Nabawi... kenangan yg tak terlupakan....Nikmaaaat....

    BalasHapus
    Balasan
    1. masyaAllah..
      pasti kangen banget buat ke sana lagi ya mbak...

      Hapus
  12. MasyaAllah, pengalaman Umroh dengan travelnya detail sekali Mbak. Jadi seperti berasa ikut dalam perjalanan istimewa ini.
    Pengen banget suatu hari nanti juga bisa merasakan Umroh dan Haji, Aamiin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya juga pengen banget bisa haji di usia kurang dari 40 tahun.
      semoga Allah kabulkan. aamiin.

      Hapus
  13. barakallah teteh... kebayang gimana senangnya selama di sana, apalagi setelah tertunda 2 tahun lebih... semoga saya bs menyusul kelak kesana. aamiin :)

    BalasHapus

Posting Komentar