Top list activities saat berada di Mekah adalah berdoa di multazam, sholat di Hijr Ismail, dan mencium Hajr Aswad. Tiga aktivitas ini memiliki keistimewaan yang luar biasa, karena itu hampir semua orang berlomba-lomba mendekati ka’bah.
Keseluruhan aktivitas ini membutuhkan 3 kombinasi kunci yaitu fisik yang kuat, kesabaran, dan bagaimana Allah SWT memberikan rezeki kepada hambaNya. Yang kita lakukan tentu hanya bisa ikhtiar dan bersabar dengan takdirNya.
Alhamdulillah saya mendapatkan rezeki untuk sholat di Hijr Ismail dan berdoa di multazam dalam 1 waktu yaitu setelah thawaf sunnah bersama suami di sepertiga malam terakhir. Kalau tidak salah di malam Sabtu.
Thawaf Sunnah Di Sepertiga Malam Terakhir
Pukul 1.40 dini hari waktu setempat saya dan suami bangun dari tidur dan segera bersiap ke Masjidil Haram. Setelah ke kamar mandi untuk wudhu dan lain-lain, saya memakai gamis dan hijab sedangkan suami saya menggunakan kain ihram.
Peraturan yang diterapkan di masjidil haram (sepertinya sampai sekarang) adalah untuk laki-laki hanya boleh berada di pelataran ka’bah dengan memakai kain ihram. Kalau laki-laki cuma pakai gamis atau baju biasa, pasti nggak dibolehin alias disuruh putar balik.
Kalau perempuan gimana? Alhamdulillah, selama mengenakan pakaian menutup aurat maka jamaah wanita bebas memasuki ka’bah.
Sekitar jam 2.30 kami akhirnya sampai di dalam area masjidil haram dan menatap kembali ka’bah yang megah dan agung. Kami segera memulai thawaf tujuh kali mengelilingi ka’bah dengan terus bergandengan tangan.Thawaf sunnah berdua saja dengan suami menurut saya adalah aktivitas yang harus banget dilakukan siapapun yang umroh berpasangan.
Memegang Ka’bah
Saat kami thawaf sunnah, ada satu sisi ka’bah yang nampak sepi dibandingkan yang lain. Karena itu setelah selesai thawaf sunnah, saya bertanya ke suami
“Mau pegang ka’bah nggak?”
“Emang bisa?”
“Kita coba aja.. Kayaknya tadi sepi deh”
Saya dan suami bergerak mendekati ka’bah yaitu di antara Rukun Yamani dan Rukun Shami. Benarlah, di pukul 3 dini hari itu saya dan suami bisa menyentuh ka’bah yang dilapisi kiswah tanpa hambatan.
Ada getaran halus yang menelusup hati saat itu. Air mata pun mulai menggenang.
Di hari berikutnya saya dan teman saya alhamdulillah juga bisa menyentuh ka’bah yaitu tepat di Rukun Yamani yang tidak dilapisi kiswah. Jadi saat itu kita bisa memegang dinding ka’bah yang terbuat dari batu yang tanpa ada halangan berupa kain.
Antri Sholat Di Hijr Ismail
Setelah memegang ka’bah, saya memperhatikan sebelah kiri kami yaitu berjubelnya orang-orang untuk sholat di Hijr Ismail. Saya waktu itu kembali mengajak suami saya untuk sholat di sana.
Sebagai first timer jamaah umroh, saya gak ngerti tutorial masuk ke Hijr Ismail. Jadi saya waktu itu mendekati rombongan yang kayak lagi antri, trus orang-orang pada nunjuk ke belakang dengan bahasa arab. Meski saya gak paham dengan bahasanya, tapi saya ngerti mereka intinya bilang kalau saya harus antri dan menunjuk ke area belakang.
Ya udah deh, saya lalu berjalan ke belakang mencari ujung belakang antrian yang dekat dengan daerah hajar aswad. Suami saya pun antri di bagian belakang di bagian laki-laki.
Saat itu saya merasa sangat dimudahkan karena antrian tersebut hanya sebentar, tidak sampai 10 menit saya sudah bisa masuk untuk sholat sunnah beberapa rakaat dan berdoa di Hijr Ismail. I was really grateful to Allah SWT for that magical time and wish to go back there in the near future.Berdesakan Untuk Berdoa Di Multazam Ka’bah
Multazam berasal dari kata il-tazama fulanan yang berarti “memeluk si fulan”. Di sanalah Rasulullah SAW memeluk Ka’bah. Beliau meletakkan dada, pipi, dan kedua telapak tangannya di dinding Ka’bah, tepatnya di Multazam, bersama dengan para sahabat.
Yang membuat Multazam sangat istimewa adalah karena Rasulullah menyebutnya sebagai sebagai salah satu lokasi berdoa yang sangat mustajab.
Dalam hadits yang diriwayatkan Al Baihaqi dari Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda:
''Antara Rukun Aswad (sudut tempat terdapatnya Hajar Aswad) dan pintu Ka'bah disebut Multazam. Tidak ada orang yang minta sesuatu di Multazam melainkan Allah mengabulkan permintaan itu."
Multazam terletak antara hajar aswad dan pintu ka’bah. Ketika hajar aswad menjadi tempat “pertempuran” antara para laki-laki untuk berdoa, maka multazam adalah tempat perang buat para perempuan.
Saat itu sekitar pukul 3.30an pagi, saya merasa masih ada cukup banyak waktu untuk beribadah di dekat ka’bah. Di saat yang bersamaan pula saya lihat kerumunan perempuan yang sedang berebut untuk berdoa di multazam nampak sedikit lebih sepi dibanding biasanya. Oleh karena itu saya memutuskan dengan cepat untuk bergabung bersama mereka dengan mengucap bismillah di hati (meski agak deg-degan di hati).
Apakah berdesakan di Multazam sangat mengerikan?
Menurut saya pribadi “tidak”.
Sebagai gambaran yang lebih dekat: suasananya rada mirip dengan situasi saat lagi demo bersama ratusan orang dan berdesak-desakan karena ada intervensi dari security (alias polski, haha). Tapi kalau di depan multazam kita gak kepanasan malah adem.
*ketauan ya saya dulu sering demo pas jadi mahasiswa, wkwkwk.
Yang perlu dilakukan di sini adalah tetap bertahan di posisi dengan memperkuat kuda-kuda di kaki. Jangan mau ditarik oleh jamaah yang ada di belakang kita. Tidak bisa dipungkiri kalau hal ini membutuhkan stamina yang prima, hehe.
Saya waktu itu kurang berdesak-desakan sekitar kurang lebih 30 menitan sampai akhirnya telapak tangan kanan saya bisa menyentuh multazam untuk berdoa. Waktu itu literally hanya telapak tangan saya yang sampai di multazam karena di depan saya masih ada 1 baris jamaah perempuan yang “bertarung”. Tangan saya kayak LDR-an dengan badan karena semakin di dekat multazam adegan tarik-tarikan menjadi semakin ganas, semoga kebayang gimana ya….
Tapi saat itu saya bertahan untuk tetap berdoa dengan memejamkan mata agar lebih khusyu’. Saya berdoa hingga merasa cukup tapi tidak terlalu lama karena waktu sudah mendekati subuh sedangkan saya harus cari posisi sholat yang “bagus” juga.
Jadi saya segera undur diri dari sana dan mencari posisi kosong di barisan perempuan tepat di belakang Maqam Ibrahim. That was a blessed night for me.
Kejadian “Lucu” Di Multazam
Ada kejadian lucu (setidaknya menurut saya) di depan multazam. Saya menyaksikannya sendiri karena saya mau tidak mau memang pasti melihat ke depan saat saya berdesak-desakan di depan multazam.
Yaitu 1-2 jamaah perempuan yang sudah berada tepat di depan multazam menempelkan seluruh tubuhnya untuk berdoa. Dan adegan itu tidak berlangsung sebentar alias sangat lama… Dari posisi saya yang berada di belakang adegan tersebut terlihat agak lucu karena mirip kucing saya yang lagi nempelin badannya di dinding rumah saat mau nangkep cicak atau kecoak.
Yang kedua adalah 1-2 orang jamaah tersebut setelah lama nempelin badan untuk berdoa di multazam sempat-sempatnya buka handphone terus take a selfie lalu video call somebody tanpa mau bergantian dengan jamaah di belakangnya. Well i know itu hak mereka ya.. Tapi somehow… can you please give some space to your sisters who want to pray at the same exact spot desperately? Hehehe.
Menurut saya itu cukup lucu sih, guys… what do you think?
Trus yang lucu lagi adalah waktu saya mau keluar dari kerumunan itu setelah berdoa, ujung jilbab saya nyangkut entah di resleting hoodie salah satu jamaah yang mau merangsek ke depan multazam atau entah apa gitu. Jadi waktu saya mau lari-lari kecil ke area belakang otomatis saya gak bisa gerak karena kerudung ikutan ketarik ke depan multazam. Konyol banget sih. Heuheu.
Multazam Aftermath
Menggunakan kata “Aftermath” kayaknya rada berlebihan tapi menurut saya cukup menggambarkan efek dari berdesakan di sana, haha. Jadi guys abis kejadian di multazam itu saya kan berdoa sebentar aja lalu saya nyari posisi sholat. Waktu saya udah nemu tempat kosong dan mau duduk sebentar, area paha, lutut, sampai telapak kaki bergetar hebat. Kayak orang yang kelaparan dan capek karena berdiri terlalu lama.
Sumpah ya waktu itu saya merasa pingin ketawa karena badan saya ternyata semakin ringkih tapi juga merasa bangga pada diri sendiri karena gak collapse saat berdesakan. Saya juga baru tersadar kalau saya lupa makan/ngemil di hotel sebelum berangkat ke masjidil haram. Hahaha
Sampai jumpa di cerita umroh saya yang lain.
Posting Komentar
Posting Komentar